BPS Ungkap Cabai Rawit Jadi Penyebab Utama Inflasi di NTB Juli 2024

BPS Ungkap Cabai Rawit Jadi Penyebab Utama Inflasi di NTB Juli 2024

Nathea Citra - detikBali
Jumat, 02 Agu 2024 08:22 WIB
Warga memilih cabai rawit di Pasar Kosambi, Bandung, Jawa Barat, Senin (29/7/2024). Pedagang mengatakan harga cabai di Kota Bandung mengalami kenaikan sebanyak 90 persen yakni dari Rp50 ribu per kilogram menjadi Rp90 ribu per kilogram, selama 10 hari terakhir yang diakibatkan oleh pasokan dari petani berkurang karena musim kemarau. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.
Ilustrasi (Foto: Antara Foto/Raisan Al Farisi)
Mataram -

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat terjadi inflasi secara month to month (m-to-m) pada Juli 2024 sebesar 0,35 persen. BPS mengungkap komoditas cabai rawit menjadi pemicu utama inflasi di NTB pada Juli 2024.

Kepala BPS NTB Wahyudin mengatakan harga cabai di sejumlah kabupaten/kota di NTB selama sebulan terakhir mengalami kenaikan. Bahkan, harganya melonjak hingga 100 persen.

"Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi secara month to month pada Juli 2024 salah satunya cabai rawit," kata Wahyudin, Kamis (1/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wahyudin menuturkan beberapa komoditas yang turut andil dalam inflasi di NTB, antara lain cabai rawit 0,12 persen, ikan layang/ikan benggol 0,02 persen, angkutan udara 0,02 persen, rekreasi 0,02 persen, serta sigaret kretek mesin 0,02 persen.

"Cabai rawit ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi, khususnya di wilayah Indeks Harga Konsumen (IHK) seperti Kota Mataram, Sumbawa, dan Kota Bima," terangnya.

Wahyudin merinci komoditas penyumbang inflasi pada Juli 2024 (m-to-m) untuk Kota Mataram, antara lain, cabai rawit 0,10 persen, kangkung 0,04 persen, angkutan udara 0,04 persen, bimbingan belajar 0,03 persen, dan pisang 0,02 persen. Sementara untuk Kabupaten Sumbawa, komoditas cabai rawit menduduki urutan pertama dari segi IHK 0,17 persen, disusul beras 0,05 persen, rekreasi 0,05 persen, sigaret kretek mesin 0,05 persen, dan ikan layang 0,04 persen.

"Sementara untuk di Kota Bima, cumi-cumi jadi andil pertama inflasi 0,05 persen, ikan layan 0,04 persen, cabai rawit 0,03 persen, anggur 0,03 persen, dan salak 0,02 persen," ujarnya.

Di sisi lain, beberapa komoditas yang memberikan andil deflasi pada Juli ialah tomat 0,18 persen, bawang merah 0,15 persen, daging ayam ras 0,12 persen, telur ayam ras 0,05 persen, serta kubis 0,03 persen. Menurutnya, harga bawang dan tomat sedang turun di sejumlah kabupaten/kota.

"Untuk itu perlu adanya operasi pasar (untuk mengatasi tingginya dan turunnya harga beberapa komoditas)," terangnya.

Harga komoditas cabai rawit di sejumlah pasar tradisional di NTB mulai merangkak naik sejak awal Juli. Pantauan detikBali di Pasar Mandalika, Kota Mataram, harga cabai rawit berada di kisaran Rp 65 ribu hingga Rp 68 ribu per kilogram. Jumlah ini naik cukup tinggi dari pekan sebelumnya, yang masih di kisaran Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu per kilogram.

Sementara itu, harga tomat dan bawang merah terpantau terjun bebas. Hal ini terjadi lantaran hasil panen untuk kedua komoditas itu sangat melimpah.

"Kalau beberapa minggu lalu tomat bisa belasan ribu rupiah per kilogram. Tapi minggu ini Rp 2.500 per kilogram. Benar-benar anjlok harganya," kata Siti, pedagang di Pasar Mandalika, Kamis.

Sementara untuk bawang merah, harganya semakin anjlok dari Rp 40 ribu menjadi Rp 11 ribu per kilogram. "Stok dari pengepulnya terlalu banyak, jadi mau tidak mau harga jadi murah," kata Rohmah, pedagang lainnya di Pasar Mandalika.




(iws/iws)

Hide Ads