Rintik hujan mereda ketika Komang Gede Sentana Putra mulai beraktivitas sebagai builder atau perakit motor custom di bengkel Kedux Garage, Rabu pagi (10/5/2023). Sejumlah motor chopper dan bobber terpajang di bengkel yang berlokasi di gang kecil di Jalan Nangka Selatan, Denpasar, Bali, itu.
Sentana Putra atau akrab disapa Kedux sejak SMP sudah tertarik dengan motor. Dia terobsesi dengan motor besar seperti Harley Davidson.
"Dulu di zaman saya, kalau nggak main motor itu kurang banget atau nggak macho-lah istilahnya," ucap Kedux Mei lalu.
Kedux belajar memodifikasi motor pada 2006. Saat itu, dia rajin nongkrong di sebuah bengkel rangka Harley Davidson. Pemilik bengkel memintanya membantu di bengkel tersebut selama dua tahun.
Pada 2008, Kedux membuat motor custom pertamanya menggunakan motor pribadinya. "Saya modif motor sendiri hingga menyerupai motor Harley," kenangnya.
Kedux mengungkapkan tak mudah mempelajari motor custom. Dia lebih banyak menuangkan imajinasinya secara manual dengan referensi yang terbatas karena perkembangan teknologi ketika itu belum masif.
Kesulitan lainnya membangun motor custom adalah mencari suku cadang. Bahkan, dia harus mencari suku cadang hingga luar Bali. "Zaman itu masih susah cari sparepart custom seperti tangki, sayap, dan lain-lain," ungkap lulusan desain grafis di sebuah kampus di Denpasar tersebut.
Ketekunan Kedux membuahkan hasil. Sejumlah motor custom yang dilahirkannya mengikuti pameran tingkat dunia.
Karya Kedux pernah dipamerkan di Mama Tried Show, Amerika Serikat, pada 2020. Setahun kemudian, motor custom yang dihasilkannya dipamerkan di Hot Rod Custom Show Moon Eyes Yokohama, Jepang.
Motor custom buah tangan Kedux yang berkolaborasi dengan sebuah merek cat dipamerkan di ajang Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, Februari lalu. Dia menampilkan tangki bensin yang dengan motif menyerupai jilatan lidah api yang terinspirasi dari mitologi Banaspati di Bali.
Apa saja tantangan menjadi builder motor custom? Baca selengkapnya di sini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Kedux, menjadi builder motor custom yang belajar secara autodidaktik seperti dirinya merupakan sebuah tantangan. Ia dituntut belajar banyak hal, mulai dari teknik mengelas, mencari bahan, hingga memadupadankan desain dengan material yang ada.
"Setiap jam, setiap menit, adalah tantangan. Jadi, masalah terbesarnya adalah waktu dan kedisiplinan. Kalau kerjanya molor, ya uang juga molor," ujar pria yang juga dikenal sebagai arsitek ogoh-ogoh itu.
Kedux menjelaskan industri motor custom memiliki segmen pasar tersendiri. Apalagi, belum ada regulasi yang mengatur ihwal motor custom.
Menurut Kedux, industri otomotif seperti motor custom di dalam negeri mampu bersaing dengan luar negeri. Industri motor custom juga bisa membantu ekonomi negara jika digarap serius.
"Sejauh ini belum ada regulasi, jadi pengguna (motor custom) hanya kucing-kucingan saja. Mau urus surat-surat ke mana, tidak tahu," ungkap pria asal Banjar Tainsiat, Denpasar, tersebut.
I Gede Mas Giri Hari Purnama Sidhi merupakan salah satu penggemar motor custom. Pria berusia 20 tahun itu merakit ulang motor Kawasaki KZ200 milik keluarganya pada 2017.
Giri membutuhkan waktu mencapai setahun untuk membangun motor custom jenis chopper itu. Dia merogoh kocek hingga Rp 20 juta untuk merombak total motornya tersebut.
Giri tak menggunakan motor custom tersebut untuk mobilitas sehari-hari. "Motor ini hanya saya gunakan saat weekend atau bisa juga dipajang di event atau kontes tertentu," tutur anggota komunitas motor custom Karangasem, Troops Motorcycle, itu.
Artikel ini ditulis oleh Dewa Gede Kumara Dana peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(iws/gsp)