I Gusti Ngurah Putra Darmagita terus mengembangkan sayap bisnisnya dengan memproduksi motor custom listrik. Dia mengeklaim menjadi pelopor motor custom setrum di Bali.
Bahkan, salah satu motor Chopper Electric buatannya diboyong oleh Ketua MPR Bambang Soesatyo alias Bamsoet. "Kami yang pertama bisa custom motor setrum di Bali karena saat kontes motor listrik pertama di Indonesia, bengkel kami satu-satunya peserta dari Bali," tutur Darmagita kepada detikBali, pertengahan Mei lalu.
Darmagita adalah sosok di balik bengkel Electric Wheel. Alumni program studi Teknik Mesin Universitas Udayana (Unud) itu menggeluti dunia otomotif sejak 2007.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Darmagita, bengkel Electric Wheel miliknya menjadi bengkel bersertifikasi pertama di Bali. Bengkel yang berlokasi di kawasan Peguyangan Kangin, Denpasar, Bali, tersebut memiliki kapasitas untuk melakukan uji kelayakan konversi terhadap motor custom elektrik.
Sebelum mendirikan Electric Wheel, Darmagita membuka bengkel GTX Motor Custom Bali. Bengkel yang berlokasi di Desa Singapadu, Sukawati, Gianyar, Bali, itu hanya menerima pembuatan motor custom berbahan bakar minyak (BBM).
"Dulunya bengkel saya ini dianggap aneh, karena tidak menerima servis," ungkap pria berusia 37 tahun itu.
Menurut Darmagita, motor custom saat ini sudah memiliki komunitasnya sendiri. Ia mengakui bisnisnya mulai berkembang seiring dengan menjamurnya komunitas-komunitas motor baru.
Pria yang pernah mewakili Indonesia untuk mengikuti kontes motor di Malaysia dan Thailand pada 2013 itu menyebut motor listrik maupun motor energi fosil memiliki pasarnya masing-masing. Bedanya, mesin motor listrik lebih mahal dibandingkan motor BBM, meski tarif merakitnya sama.
"Motor bensin menggunakan mesin seharga Rp 7 juta, sedangkan untuk elektrik dengan spesifikasi yang sama butuh Rp 30 juta. Kalau biaya custom-nya sama, yaitu sekitar Rp 20 juta," ungkap Darmagita.
Darmagita menuturkan 75 persen pelanggannya masih memilih motor custom berbasis BBM. Kendati demikian, peminat motor listrik mulai meningkat secara bertahap.
Bahkan, kini Darmagita dan timnya sedang mengerjakan proyek motor custom elektrik massal, yakni sebanyak 15 unit dengan desain yang sama. "Waktu pengerjaannya kurang lebih selama dua bulan," paparnya.
Darmagita mempekerjakan tiga karyawan di GTX Motor Custom Bali. Sedangkan di Electric Wheels terdapat tujuh karyawan.
Bengkel motor custom Darmagita turut terpukul saat pandemi COVID-19 pada 2020. Ketika itu, tak sedikit pelanggan bengkel GTX Motor Custom yang tidak bisa melunasi motor pesanannya.
"Ketika itu, kami mencoba memaklumi dengan menangguhkan pembayaran. Karyawan juga banyak yang pengertian, tidak masalah gajinya diturunkan. Di situ saya terharu dengan staf-staf di bengkel," tutur Darmagita.
Menurut seorang pecinta motor custom I Gede Mas Giri Hari Purnama Sidhi, motor custom elektrik merupakan inovasi menarik. Namun, tidak sepopuler motor custom BBM.
Sidhi berpendapat motor custom elektrik maupun BBM memiliki pasarnya masing-masing. "Orang masih ragu, takutnya motor listrik mati di tengah jalan," ujar anggota komunitas motor custom Karangasem Troops Motorcycle.
Artikel ini ditulis oleh Ni Kadek Ratih Maheswari dan Nindy Tiara Hanandita peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(iws/gsp)