Tuksedo Studio: Meraup Cuan dari Mobil Klasik Tiruan

Lapsus Geliat Bengkel Kendaraan Custom di Bali

Tuksedo Studio: Meraup Cuan dari Mobil Klasik Tiruan

Ni Kadek Ratih Maheswari-Nindy Tiara Hanandita - detikBali
Jumat, 14 Jul 2023 18:05 WIB
Co-Founder Tuksedo Studio, Laksmana Gusti Handoko, bersama salah satu mobil karyanya di Tuksedo Studio, Gianyar, Bali, Senin (8/05/2023).
Co-Founder Tuksedo Studio, Laksmana Gusti Handoko, bersama salah satu mobil karyanya di Tuksedo Studio, Gianyar, Bali, Senin (8/05/2023). Foto: Ni Kadek Ratih Maheswari/detikBali
Denpasar -

Laksamana Gusti Handoko tak pernah menyangka bakal menggeluti dunia otomotif dengan serius. Bersama ayahnya, Pudji Handoko, Gusti mendirikan Tuksedo Studio pada 2017.

Bengkel tersebut kini membuat tiruan mobil klasik. Karya Tuksedo Studio juga dikoleksi oleh sederet pesohor Tanah Air seperti Raffi Ahmad dan Ketua MPR Bambang Soesatyo.

Proyek pertama Gusti dan ayahnya adalah membangun Porsche Speedster 356. Seluruh proses pengerjaannya dibuat secara handmade dengan alat buatan sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ayah dan anak itu baru dapat menyelesaikan karya perdana mereka setelah tiga tahun kemudian. "Mobil ini (Porsche Speedster 356) menjadi karya yang paling berkesan karena mobil pertama," tutur Gusti kepada detikBali, di Tuksedo Studio, Gianyar, Bali, pertengahan Mei lalu.

Menurut Gusti, mobil klasik tersebut tidak sempurna. Namun, ia enggan menjualnya.

ADVERTISEMENT

Rampung membangun Porsche Speedster 356, Gusti dan ayahnya kian semangat. Mereka kemudian mengembangkan Tuksedo Studio sebagai bengkel replika mobil klasik.

"Kami sangat kesulitan di awal karena secara umum banyak yang harus dicari dan dibuat sendiri," tutur Co-Founder Tuksedo Studio tersebut.

Bagaimana Tuksedo Studio membuat mobil klasik tiruan? Baca selengkapnya di sini.

Gusti mengungkapkan Tuksedo Studio hanya membuat mobil bersiluet European Classic. Proses pembuatan mobil langka tiruan itu dimulai dari cetak biru (blueprint) dan membuat desain tiga dimensi (3D). Setelah itu, proses dilanjutkan dengan pembuatan bodi, struktur dalam, dan berbagai suku cadang lainnya.

Menurut Gusti, pembuatan mobil di Tuksedo Studio membutuhkan proses yang panjang. Satu unit mobil bisa memakan waktu hingga tiga tahun, dari perancangan hingga dinyatakan rampung. Seluruh proses produksi melibatkan karyawan mekanik, desain, arsitek, penjahit interior, penyedia suku cadang, dan masih banyak lagi.

Mobil klasik tiruan buatan Tuksedo Studio, Gianyar, Bali, Senin (8/5/2023).Mobil klasik tiruan buatan Tuksedo Studio, Gianyar, Bali, Senin (8/5/2023). Foto: Ni Kadek Ratih Maheswari/detikBali

Replika mobil yang hendak dibuat langsung dibangun di bengkel Tuksedo, kecuali mesin. Lantaran proses pembuatan yang manual itulah, ayah dan anak itu kerap mengulang dari awal jika gagal atau menemui kesalahan dalam menerjemahkan cetak biru mobil yang hendak dibangun.

"Di Tuksedo setiap saat ada salahnya, karena semuanya handmade. Separah-parahnya kesalahan dalam pabrik, sudah pasti ada sistemnya, sedangkan Tuksedo membuat persis seperti aslinya, sehingga segala proses pasti sulit," ungkap pria berusia 31 tahun itu.

Gusti mantap menjual karya mobil tiruan yang diproduksi Tuksedo Studio pada 2020. Mobil replika buatan bengkel tersebut harganya mulai dari Rp 1,8 miliar hingga Rp 5 miliar. "Berhasil membuat mobil dan setiap kali mobil baru berhasil terselesaikan sungguh menyenangkan," tuturnya.

Adapun, Tuksedo Studio telah membangun ulang sejumlah mobil langka di dunia. Mobil-mobil tersebut, di antaranya Porsche 356 A Coupe, Porsche 550 Spyder, Mercedes Benz 300 SL Gullwing, Toyota 2000 GT 1968, Jaguar XK 120, Ferrari 250 GTO, hingga Maserati 450S.

Apa perbedaan mobil replika dan mobil KW? Baca selengkapnya di sini.

Co-Founder Tuksedo Studio Gusti Handoko ingin menepis anggapan bahwa mobil tiruan tidak bagus. Meski memproduksi mobil replika, Handoko mengeklaim mobil buatan Tuksedo Studio bukanlah seperti produk-produk KW berkualitas rendah.

"Setiap melihat replika, konotasinya jadi jelek. Padahal kalau membuat (mobil) dengan dengan benar juga sama susahnya karena kami buatnya persis sama seperti asli dengan tahapan yang benar," kata Gusti.

Menurut Gusti, ada sejumlah hal yang membedakan mobil karya Tuksedo Studio dengan barang-barang KW seperti sepatu, tas, dan lainnya. Salah satunya bengkel tersebut memproduksi mobil klasik tiruan dengan jumlah terbatas. "Kami tidak mau membuat mobil yang masih dijual di pasaran," ujarnya.

Tuksedo Studio hanya memproduksi lima sampai sepuluh mobil untuk satu tipe dalam satu tahun. Walhasil, mobil replika buatan mereka sangat terbatas dan berbeda dengan barang KW yang diproduksi sebanyak-banyaknya.

Gusti mengeklaim industri replika mobil klasik sudah umum dilakukan di negara lain. Misalkan, di Amerika Serikat, industri mobil tiruan ini diatur dalam Low Volume Motor Vehicle Manufacturers Act 2015.

Proses pembuatan bodi mobil klasik tiruan di Tuksedo Studio, Gianyar, Bali, Senin (8/5/2023).Proses pembuatan bodi mobil klasik tiruan di Tuksedo Studio, Gianyar, Bali, Senin (8/5/2023). Foto: Ni Kadek Ratih Maheswari/detikBali


Aturan tersebut mengizinkan perusahaan membuat dan menjual mobil tiruan yang telah diproduksi 25 tahun lalu. Perusahaan mobil custom kecil juga dapat memproduksi maksimal 325 mobil replika per tahunnya.

Adapun di Indonesia, payung hukum mengenai industri mobil tiruan ini belum ada. Padahal, industri ini memiliki peluang pasar yang tinggi dengan harga jual per unitnya yang mahal.

Gusti mencontohkan mobil Ferrari 250 GTO yang hanya ada 39 unit di dunia. Mobil ini merupakan salah satu yang paling mahal dan fenomenal dari perusahaan mobil dari Italia tersebut. Dilansir dari laman Forbes, pada 2018 pelelangan mobil ini ketok palu di harga US$ 48,4 juta atau sekitar Rp 713 miliar.

Ferrari 250 GTO kini menjadi mobil pertama yang disebut sebagai karya seni dalam sejarah otomotif. Berdasarkan keputusan Pengadilan Bologna pada 2019, Ferrari 250 GTO telah memenuhi persyaratan kumulatif karakter kreatif dan nilai artistik sebuah karya seni. Oleh karena itu, desain mobil ini dapat direproduksi selama tidak menggunakan karakter individu dari produsen aslinya, yakni Ferrari.

Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bali, Gusti Ngurah Anom atau Ajik Krisna mengungkapkan kehadiran Tuksedo Studio menunjukkan gairah perkembangan industri otomotif di Tanah Air, khususnya di Bali. Pemilik Krisna Oleh-oleh Bali itu menuturkan industri mobil custom makin hangat diperbincangkan karena sejumlah tokoh publik memboyong mobil klasik mewah dari Pulau Dewata.

Bahkan, Ajik Krisna melanjutkan, banyak komunitas otomotif yang bertanya alamat Tuksedo Studio karena tertarik dengan replika mobil buatan bengkel tersebut. "Kalau melihat perkembangan Tuksedo di Bali, paling tidak kita bisa lihat peminat otomotif makin bergairah," tuturnya.

Artikel ini ditulis oleh Ni Kadek Ratih Maheswari dan Nindy Tiara Hanandita peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Video: WN Rusia dan Petugas Imigrasi Sekongkol Aniaya-Peras WNA di Bali"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/gsp)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads