Pengemis juga bisa ditemukan di Kabupaten Badung, Bali. Nahasnya, sebagian dari peminta-minta itu adalah anak-anak.
Kepala Seksi Operasional dan Pengendalian Satpol PP Badung I Made Astika Jaya menuturkan anggotanya kerap menangkap pengemis yang masih anak-anak di wilayahnya. "Usianya bajang-bajang (muda-muda) dan ada orang tuanya yang mengawasi," tutur Astika kepada detikBali, Rabu (12/4/2023).
Sejumlah pengemis yang ditangkap itu membawa telepon genggam. Ponsel itu diduga menjadi alat komunikasi dengan koordinator pengemis. "Itu ada yang koordinir," ujar Astika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak Januari-Maret 2023, Satpol PP Badung sudah menangkap 118 pengemis. Dari jumlah itu, pengemis remaja dan anak, yang berusia di bawah 15 tahun, mendominasi.
Sedangkan sisanya orang dewasa berusia 30 tahun ke atas. "Yang diamankan pun yang itu-itu saja orangnya. Sudah disampaikan untuk berhenti mengemis, tapi ya setelah dipulangkan, balik lagi jadi pengemis," keluh Astika.
Kepala Bidang Pembinaan Masyarakat Satpol PP Badung I Putu Subawa Nada menduga pengemis anak-anak yang berkeliaran di Badung sudah diatur oleh orang tua mereka atau pun orang dewasa lainnya.
Adapun, kebanyakan pengemis yang ditangkap di Badung berasal dari Karangasem. Hanya sebagian kecil pengemis yang berasal dari luar Bali yang meminta-minta di Badung. "Itu pun biasanya mereka mengamen, bukan mengemis atau juga buruh bangunan yang sedang tidak ada proyek," tutur Subawa.
Baca juga: Mengharap Uang dari Warga Jembrana |
Subawa tetap menyerahkan pengemis dan gelandangan yang ditangkap ke Dinas Sosial. Dari sana, mereka dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing.
Subawa menerangkan pada tahun lalu sebanyak 238 pengemis ditangkap oleh Satpol PP Badung. Mereka sebagian besar ditangkap di Kuta. "Sementara di Mengwi atau Kuta Selatan jumlahnya tak banyak," tuturnya.
Menurut Subawa, sebagian pengemis yang ditangkap mampu membeli kebutuhan tersier, seperti telepon genggam, perhiasan, dan barang lainnya. Dia pernah menemukan dalam tiga jam, seorang pengemis bisa mendapat Rp 300 ribu.
Bahkan, pernah ada seorang pengemis yang mengantongi Rp 600 ribu per hari. "Jadi, bukan karena ekonomi," tegasnya.
(BIR/gsp)