Mengharapkan Belas Kasih dari Orang Paling Dermawan

Laporan Khusus Pengemis

Mengharapkan Belas Kasih dari Orang Paling Dermawan

Dewa Gede Kumara Dana - detikBali
Jumat, 14 Apr 2023 14:51 WIB
-
Ilustrasi. Indonesia didapuk sebagai negara paling dermawan se-dunia. Banyak pengemis di Bali juga menaruh harap dari orang lokal ketimbang WNA saat mengemis. (Twitter @susantananda3).
Gianyar -

Seorang perempuan ditemani tiga anaknya duduk di atas kardus. Tangan perempuan itu menengadah saat ada orang lewat di depannya. Tak jarang, anak-anak perempuan tersebut juga mendekati orang yang lewat termasuk turis asing untuk mendapatkan uang.

Perempuan itu bernama Jati. Perempuan asal Karangasem, Bali, itu merupakan salah satu pengemis di Kedewatan, Ubud, Gianyar, Bali.

Jati sebelumnya hanya bekerja serabutan. Saat bekerja serabutan, dia bisa memperoleh uang Rp 80 ribu per hari. Namun, pandemi COVID-19 membuat ia sulit mendapatkan pekerjaan meski itu serabutan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gelandangan dan pengemis kembali menjadi sorotan setelah Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Badung mengembalikan 18 gelandangan dan pengemis ke Karangasem. Dari 18 gelandangan pengemis itu, 10 orang adalah anak-anak. Mereka mengemis di sekitar lampu merah Pantai Kuta.

Jati kerap mengemis sejak pagi hingga sore di sekitar tempat wisata di Gianyar. Ia bisa mendapatkan uang sekitar Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu per hari dari belas kasihan orang.

ADVERTISEMENT

Menurut Jati, warga setempat maupun wisatawan domestik lebih banyak berderma dibandingkan warga negara asing (WNA) atau pelancong asing. Warga setempat bisa memberikan donasi Rp 5.000 hingga Rp 10 ribu, sedangkan WNA biasanya hanya memberikan Rp 2.000.

"Bahkan, banyak juga tamu asing yang memberi Rp 200 dan tidak memberi sama sekali," ungkapnya ketika ditemui detikBali di Kedewatan, Gianyar, Senin (20/3/2023).

Warga lokal, Jati melanjutkan, juga kerap membantunya dengan memberi makanan, seperti nasi bungkus. Makanan itu kemudian ia santap bersama tiga anaknya.

Jati berharap bisa mendapat pekerjaan meski hanya serabutan. Memiliki pekerjaan membuatnya lebih terpandang dibandingkan mengiba belas kasihan dari orang lain. "Kadang saya malu berkeliling di Ubud, ditambah repot sambil menjaga anak-anak," keluhnya.

Pengemis lain di Ubud, Komang, setali tiga uang. Menurut dia, warga lokal lebih dermawan dibandingkan turis asing.

Komang pernah mendapatkan donasi Rp 50 ribu dari warga lokal. "Kalau (turis) asing, sebaik-baiknya maksimal Rp 10 ribu," ungkap perempuan ini.

Komang sengaja mengemis di Ubud karena banyak wisatawan asing di sana. Namun, justru yang banyak memberikan uang atau bantuan adalah warga setempat. "Tidak banyak orang asing yang mau bantu," ungkap pengemis asal Dusun Munti Gunung, Karangasem, ini.

Dermawannya orang Indonesia tergambar dalam laporan World Giving Index 2021. Laporan yang dirilis Charity Aid Foundation (CAF) mendapuk Indonesia sebagai negara paling dermawan se-dunia. Prestasi serupa juga pernah dicetak Indonesia pada 2018.

CAF menyebut delapan dari 10 orang Indonesia gemar berdonasi. Tingkat kesukarelawanan di Indonesia pun terbilang tinggi dibanding negara lainnya.

Skor kedermawanan Indonesia mencapai 69 persen, terdiri dari bantuan kepada orang asing, donasi, dan keterlibatan menjadi sukarelawan. Skor ini juga terpaut jauh dari negara dermawan di urutan kedua, yakni Kenya 58 persen, Nigeria (52%) Myanmar (51%), dan Australia (49%).




(BIR/gsp)

Hide Ads