Seorang perempuan berpakaian lusuh menggendong anak di depan swalayan di Kecamatan Negara, Jembrana, Bali. Sesekali, anak tersebut turun dari gendongan perempuan itu untuk mengejar orang yang keluar maupun lewat depan swalayan. Mengemis demi mendapatkan uang.
Beberapa pengunjung swalayan yang iba melihat anak itu langsung memberikan uang. Tak sedikit juga yang menawarkan untuk dibelikan makan atau minuman. Namun, ada juga yang risih dengan pengemis itu.
Salah satu pengunjung swalayan yang risih dengan pengemis adalah Komang Tri Ariastini. Perempuan berusia 34 tahun itu risih lantaran pengemis kerap mengikutinya meski dia tidak memberikan uang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun, karena kasihan juga, jadi saya kasih," tutur Ariastini kepada detikBali, Minggu (19/3/2023).
Menurut Ariastini, para pengemis itu juga meminta-minta di sejumlah tempat seperti supermarket. Peminta-minta itu juga bisa ditemukan di tempat ramai lainnya di Jembrana.
Menurut pantauan detikBali, di depan swalayan di Negara terdapat dua perempuan dengan dua anak yang mengemis. Pengemis juga bisa ditemukan di sekitar Pasar Umum Negara. Empat anak kerap mengiba di sana.
Baca juga: Menjual Derita dengan Melibatkan Anak |
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jembrana I Made Leo Agus Jaya menuturkan pengemis di Jembrana sebagian besar berasal dari Karangasem. Satpol PP sering menangkap dan memulangkan mereka ke daerah asalnya.
Masalahnya, para pengemis itu balik lagi ke Jembrana. "Hanya beberapa hari, mereka muncul lagi," ungkapnya.
Tak jarang para pengemis itu kucing-kucingan dengan petugas Satpol PP. Mereka lari ke permukiman saat dikejar Satpol PP.
Daerah Paling Miskin
Aksi pengemis meminta-minta di salah satu toko di wilayah Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, Minggu (19/2/2023). (I Putu Adi Budiastrawan/detikBali).
|
Jumlah orang miskin di Karangasem lebih besar dibandingkan di Jembrana. Di daerah barat Bali itu jumlah penduduk miskin pada 2020 sebesar 12,6 ribu atau 4,51 persen; pada 2021 sebanyak 14,24 ribu orang (5,06%); dan pada 2022 naik menjadi 15 ribu jiwa (5,3%).
Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa mengakui daerahnya memiliki penduduk miskin terbanyak dibandingkan daerah lain di Pulau Dewata. Ironisnya, kemiskinan ekstrem di wilayahnya terus meningkat.
Artha Dipa menuturkan perlu inovasi dan terobosan untuk mengoptimalkan potensi yang ada di Karangasem.
"Inovasi dan terobosan yang dibuat, saya yakini mampu menjawab permasalahan yang ada," katanya di Gedung Sabha Prakerthi, Rabu (29/3/2023).
Menurut Artha, inovasi yang perlu didorong adalah di sektor pertanian dan pariwisata. Apalagi, ekonomi Karangasem bertumpu pada pertanian. "Optimalkan sektor pertanian, terutama komoditas unggulan setempat," ujarnya.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati alias Cok Ace mengungkapkan faktor geografis menjadi penyebab utama Karangasem dan Gianyar rawan kemiskinan ekstrem. Dampaknya, aksesibilitas dan distribusi hasil pertanian terganggu dan mengakibatkan penghasilan masyarakat terganggu.
"Jika infrastruktur diperbaiki, bisa mengeliminasi kantong-kantor kemiskinan," katanya beberapa waktu lalu.
Penyebab lain di Karangasem masih banyak orang miskin, Cok Ace menambahkan, karena masih banyak warga setempat yang tinggal di kaki gunung maupun daerah terpencil lainnya. "Masih terkait dengan sebaran penduduknya," tuturnya.