Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Bali, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra menanggapi polemik pengelolaan Jatiluwih. Ia menyatakan dukungan terhadap hak masyarakat yang menurutnya layak mendapat manfaat dari salah satu aset budaya dunia tersebut.
"Harusnya sekarang jadikan aja Jatiluwih itu milik masyarakat, sebagai modal dalam destinasi itu. Jadi istilahnya, hal-hal yang memang kontribusi atau retribusi atau pendapatannya itu ya mereka harus bisa menikmati," jelas Mantra kepada detikBali sebelum Focus Group Discussion Ikatan Alumni Universitas Udayana (Ikayana), Jumat (12/12/2025).
Ia menilai Jatiluwih memiliki potensi kuat sebagai aset budaya yang memang dimiliki masyarakat. Menurutnya, stimulus dari pemerintah bisa menjadi salah satu bentuk dukungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin ada tambahan bibit padi mungkin bisa diberikan, atau beasiswa anak-anak. Terus mungkin kayak moneter, ada pinjaman mungkin untuk perbaikan sawah segala macam, mungkin bunganya bisa diturunkan."
Mantra memandang diperlukan jalan tengah sebagai solusi melihat pentingnya peran pemerintah dalam regulasi. Ia menilai masyarakat tidak berada pada posisi yang salah dalam konflik ini dan kesenjangan yang muncul terkait perimbangan pendapatan.
"Makanya mereka harus berusaha segala macam. Jadi gak nutupin yang sekarang, karena memang belum dianggap secara menyeluruh," tambah Mantra.
Selain isu Jatiluwih, perkembangan pariwisata Bali menjadi sorotan dalam FGD yang digelar Ikayana. Diskusi ini membahas refleksi Undang-Undang Kepariwisataan dari Undang-Undang No.10 Tahun 2009 yang direvisi menjadi Undang-Undang No.18 Tahun 2025 serta strategi implementasinya di Bali.
FGD menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain Asisten Deputi Manajemen Strategis Kementerian Pariwisata RI I Gusti Ayu Dewi Hendriyani, Kepala Bidang Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Bali I Ketut Yadnya Winarta, jajaran guru besar, serta praktisi di bidang budaya, pariwisata, dan hukum.
Dalam sesi tersebut, Mantra kembali menegaskan pentingnya menjaga nilai budaya daerah di tengah maraknya investasi dan pembangunan.
"Kita akui bahwa kebudayaan satu dengan lainnya susah ditiru. Kita nggak bisa buat Bali baru di wilayah orang. Yang selanjutnya kita lihat adalah kita nggak bisa lagi kalau nggak bicara capital. Culture capital, bagaimana modal boleh kawin, tapi identitas harus tetap berjalan, soul-nya harus kita pertahankan," tandas Mantra.
(dpw/dpw)










































