Mulang Pakelem di Selat Bali, Istri Korban KMP Tunu Berharap Suami Ditemukan

Mulang Pakelem di Selat Bali, Istri Korban KMP Tunu Berharap Suami Ditemukan

I Putu Adi Budiastrawan - detikBali
Jumat, 25 Jul 2025 17:00 WIB
Ni Komang Wiardani, istri korban KMP Tunu Pratama, Jumat (25/7/2025). (I Putu Adi Budiastrawan/detikBali).
Foto: Ni Komang Wiardani, istri korban KMP Tunu Pratama, Jumat (25/7/2025). (I Putu Adi Budiastrawan/detikBali).
Jembrana -

Raut kesedihan tak bisa disembunyikan Ni Komang Wiardani saat mengikuti upacara Mulang Pakelem di Selat Bali, Jumat (25/7/2025). Kedatangannya bukan hanya sebagai bagian dari masyarakat adat, melainkan untuk terus memohon agar jasad suaminya, I Komang Surata (56), yang menjadi korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya bisa segera ditemukan.

Wiardani datang bersama iparnya, memohon agar jasad suami yang berprofesi sebagai sopir truk semen yang beralamat di Lingkungan Menega, Kelurahan Dauh Waru, Kecamatan Jembrana, itu bisa ditemukan. Meski prosesi pengabenan sang suami sudah dilaksanakan pada 19 Juli 2025 tanpa jasad, Wiardani tak pernah berhenti berharap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami tetap berharap suami ditemukan meski memang sudah menjadi jasad. Intinya agar pasti bahwa suami itu benar-benar selamat atau tidak selamat," ungkap Wiardani kepada detikBali di Pelabuhan Gilimanuk, Jumat.

Wiardani menceritakan, segala upaya telah dilakukan keluarga untuk mencari suaminya. Selain melakukan pencarian bersama keluarga dan tetangganya, segala prosesi upacara juga telah dilaksanakan dengan harapan suaminya ditemukan.

ADVERTISEMENT

"Segala upaya sudah dilakukan. Sembahyang sudah, menjemput menggunakan upacara termasuk baleganjur juga sudah," ujarnya.

Prosesi pengabenan suaminya dilaksanakan bersamaan dengan pengabenan kakak korban yang meninggal karena syok mendengar kabar I Komang Surata menjadi korban KMP Tunu. "Pengabenan sudah dilakukan tapi tanpa jasad. Kami tetap berharap ditemukan," imbuh Wiardani dengan suara bergetar.

Wiardani berharap dengan adanya upacara Mulang Pakelem ini, peristiwa serupa tidak lagi terjadi. Terlebih, anak pertamanya juga bekerja sebagai sopir semen dengan rute Jawa-Bali, sehingga kekhawatiran selalu menghantuinya.

Tak hanya soal keberadaan suaminya, Wiardani juga mengungkapkan belum ada informasi jelas terkait tes DNA yang sempat dilakukan. Bahkan, ia belum mendapatkan kabar mengenai asuransi yang dijanjikan oleh Jasa Raharja.

"Belum dapat santunan, tidak ada dapat bantuan apa hingga hari ini," tegasnya.

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jembrana bersama masyarakat adat menggelar upacara Mulang Pakelem yang dirangkai dengan acara Petik Laut di Selat Bali, tepatnya di sekitar Pelabuhan Gilimanuk. Upacara ini bertujuan memohon perlindungan dan keselamatan bagi seluruh pengguna dan pemanfaat laut, menyusul beberapa insiden kecelakaan laut yang terjadi.

Dari pantauan detikBali, ratusan masyarakat adat Gilimanuk memadati Dermaga LCM Pelabuhan Gilimanuk. Rangkaian upacara dipimpin oleh tiga orang Sulinggih sebelum dilanjutkan dengan upacara melarung di laut Selat Bali menggunakan KMP Agung Samudra IX.

Wakil Bupati Jembrana, I Gede Ngurah Patriana Krisna (Ipat), menjelaskan bahwa upacara ini adalah bentuk upakara untuk memohon perlindungan atas pemanfaatan laut. "Selama ini kita memanfaatkan laut, baik itu sebagai sarana lalu lintas, kemudian untuk petik laut itu memanfaatkan hasil dari laut oleh nelayan," ungkap Ipat seusai pelaksanaan pakelem.

"Intinya, acara hari ini adalah memohon perlindungan dan mengharapkan keselamatan kita semua, khususnya di Selat Bali ini," imbuhnya.

Ipat berharap kegiatan ini dapat dilaksanakan secara rutin di masa mendatang, dengan mempertimbangkan biaya yang ada. Ia juga menyebutkan bahwa upacara kali ini terlaksana berkat partisipasi dari ASDP dan beberapa donatur.




(nor/nor)

Hide Ads