Gubernur Bali Wayan Koster merespons polemik warga Loloan Timur, Jembrana, yang tetap beraktivitas saat Hari Raya Nyepi. Ia segera mengadakan pertemuan dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), tokoh-tokoh umat Islam, serta organisasi keagamaan lainnya untuk membahas persoalan tersebut.
"Biar lewat Idul Fitri dulu. Saya akan ketemu dengan MUI dan tokoh-tokoh umat Muslim, Muhammadiyah, serta organisasi lainnya. Saya akan ajak duduk bersama untuk membahas hal-hal seperti itu," ujar Koster di Rumah Jabatan Gubernur Bali Jaya Sabha, Denpasar, Rabu (2/4/2025).
Koster menuturkan kejadian seperti ini seharusnya tidak terjadi. Meski begitu, ia menilai permasalahan tersebut perlu disikapi dengan cara yang tepat demi menjaga keharmonisan masyarakat Bali yang beragam. Ia pun bakal mengedepankan pendekatan dialog dan musyawarah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pikir itu tidak sepantasnya dilakukan seperti itu. Kita harus menyikapinya dengan cara yang baik supaya tidak menimbulkan persoalan," imbuh politikus PDIP itu.
Sebelumnya, sejumlah video yang menunjukkan masyarakat Kampung Loloan Timur, Jembrana, beraktivitas di luar rumah saat Nyepi viral di media sosial. Warga di kampung itu terlihat bersepeda, mengendarai motor, dan bahkan melakukan aktivitas jual beli seperti hari-hari biasa.
Sontak, kegiatan warga Kampung Loloan Timur itu menuai komentar negatif dari warganet. Terlebih, mereka beraktivitas saat warga Bali lainnya merayakan Nyepi.
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jembrana telah menggelar rapat koordinasi untuk menyikapi pelanggaran Nyepi itu di Rumah Jabatan Bupati Jembrana, Minggu (30/3/2025). FKUB menekankan pentingnya menjaga toleransi antarumat beragama.
Ketua FKUB Jembrana, I Wayan Windra, prihatin atas viralnya video tersebut. Ia meminta pihak berwenang untuk mengusut penyebar video yang dianggap provokatif.
"Kami, FKUB, tidak bisa bekerja sendiri. Kami mohon bapak-bapak Forkopimda juga ikut memberikan pemecahan persoalan ini agar tidak berlarut-larut," ungkap Windra seusai rapat.
Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan, mengajak semua pihak untuk bijak dalam menggunakan medsos. Kembang menjelaskan warga Muslim di Loloan adalah warga asli Bugis yang telah lama menetap di Jembrana, bukan pendatang dari Jawa.
Menurut Kembang, sikap toleransi dan saling menghargai seharusnya dijaga. Menurutnya rasa menyama braya (bersaudara) selama ini sudah terjalin dengan baik.
"Kejadian seperti ini bukan terjadi baru kali ini saja. Mari kita diskusikan hal ini agar ke depannya lebih tertib dan baik, bagaimana agar tidak terjadi hal-hal yang kurang baik," kata Kembang.
(iws/iws)