Bus Trans Metro Dewata direncanakan beroperasi lagi pada akhir April 2025. Para konsumen setia bus merah itu gembira mendengar kabar tersebut dan berharap operasional bus TMD tidak molor lagi.
"Kami sangat menyambut gembira bus akan beroperasi lagi. Semoga jangan sampai mundur lagi," kata salah satu pengguna bus TMD, Dyah Rooslina, di Terminal Ubung, Denpasar, Sabtu (15/3/2025).
Dyah sebenarnya bukan masyarakat miskin. Dia mempunyai mobil pribadi. Namun, mobilitasnya dari Denpasar ke Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, atau terkadang harus ke Kecamatan Kuta, Badung, cukup menguras kantongnya hanya untuk membeli bensin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perempuan berusia 51 tahun itu memiliki usaha kecil di Ubud dan kerap mengikuti pelatihan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kuta. Dyah sangat berharap dapat kembali menumpang bus TMD untuk memenuhi kebutuhan mobilitasnya sehari-hari.
"Saya tunggu komitmen dari Pemerintah Provinsi Bali. Karena (operasional bus TMD) berhenti dua bulan saja sudah banyak masalah. Saya biasa naik bus TMD dari Terminal Ubung ke Ubud," terang Dyah.
Pengguna bus TMD lain, Bram Adimas Wasito, setali tiga uang. Pria asal Denpasar itu sebenarnya juga memiliki mobil pribadi. Hanya saja, mobil pribadi yang biasa dipakai berada di Surabaya, Jawa Timur (Jatim), untuk berangkat ke kampus.
Walhasil, bus TMD menjadi transportasi andalan Bram saat pulang kampung ke Denpasar. "Saya pakai bus TMD sejak 2021. Buat jalan-jalan atau ke kantor bantu orang tua saya di Jalan Diponegoro, Denpasar," ungkap Bram.
Bram juga berharap rencana operasional bus TMD dapat segera terealisasi. Sebab, menurutnya, kualitas bus TMD jauh lebih baik ketimbang bus Sarbagita.
"Bus Sarbagita itu datang cuma sejam sekali. Busnya juga sering mogok. Nggak optimal," terang Bram.
Manajer Operasional PT Satria Trans Jaya, Ida Bagus Eka Budi, mengatakan mendapatkan pagu Rp 60 miliar per tahun untuk operasional. Dia mengklaim jumlah itu cukup untuk operasional armada yang kini tersisa 75 unit dari 105 unit.
"Kami akan beroperasi sesuai anggaran yang sudah disiapkan Pemerintah Provinsi Bali. Pagu yang kami dapat itu informasinya Rp 60 miliar per tahun. Cukup itu," tegas Budi.
Meski tersisa 75 unit bus, Budi menegaskan, rute atau koridor bus TMD tidak berubah. Puluhan bus itu akan melayani penumpang di enam koridor atau rute.
Selain itu, semua syarat pelayanan minimal juga tak banyak berubah. Hanya, akan ada sedikit penyesuaian saja, yakni jarak antar bus atau headway yang disesuaikan. Budi mengatakan ada jeda waktu 18 menit antarbus yang berhenti halte.
"Headway yang kami sesuaikan. Sehingga bisa beroperasi dengan total 75 unit (bus). Kalau koridornya tetap. Rute tetap, tetapi tetap kami sesuaikan antara anggaran dengan jumlah unit bus," jelas Budi.
Diberitakan sebelumnya, Gubernur Bali Wayan Koster berupaya agar bus TMD dapat kembali beroperasi pada akhir April 2025. Pembiayaan operasional bus TMD diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bali serta APBD Denpasar, APBD Badung, APBD Gianyar, dan APBD Tabanan (Sarbagita).
"Sekarang persiapan tender operasinya. Begitu tanda tangan kesepakatan, mudah-mudahan akhir April 2025 sudah mulai beroperasi," kata Koster saat Rapat Koordinasi Pemerintahan Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten se-Bali di Balai Budaya Giri Nata Mandala Puspem Badung, Rabu (12/3/2025).
Koster mengatakan sebesar 30 persen biaya operasional bus TMD akan diambil dari APBD Bali. Sedangkan, sisanya diambil ditanggung oleh pemerintah kabupaten/kota di wilayah Sarbagita.
Meski begitu, Koster menyadari kontribusi APBD Tabanan untuk operasional bus TMD akan lebih kecil karena pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten tersebut tidak seberapa dibandingkan daerah Sarbagita lainnya. Ia menegaskan persentase pembagian beban pembiayaan bus TMD itu sudah disepakati oleh para bupati dan wali kota.
"Tabanan akan kami bantu karena PAD Tabanan kecil sekali. Supaya tidak jadi beban baru, (daerah) yang sudah kaya seperti Badung dan Denpasar, ya kita sharing," imbuh politikus PDIP itu.
(hsa/gsp)