Marapu, Melawan dengan Musik Reggae

Marapu, Melawan dengan Musik Reggae

Yufengki Bria - detikBali
Sabtu, 14 Des 2024 06:30 WIB
Vokalis Marapu, Feryanto Pekabanda. (Foto: Instagram @marapu.official)
Vokalis Marapu, Feryanto Pekabanda. (Foto: Instagram @marapu.official)
Kupang -

"Dia tana watu ebu kajo kami / Da tau na'a nepe ana ebu / Dia tana teo funi kami / Miu mai kui legho kami / Kami ne bhila kolo na co kata na ko'a..."

(Ini tanah warisan leluhur kami / yang diwariskan untuk anak cucu/ Ini tanah tempat gantungnya ari-ari kami/ Kamu datang seakan mengusir kami / Kami seperti burung yang berterbangan tak punya arah...)

Syair di atas adalah nukilan lagu terbaru Marapu berjudul Tanah. Band asal Nusa Tenggara Timur (NTT) itu menjadikan musik reggae sebagai media perlawanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Vokalis Marapu, Feryanto Pekabanda, menuturkan lagu Tanah terinspirasi dari perjuangan masyarakat adat Poco Leok, Kabupaten Manggarai, dalam mempertahankan kampung mereka yang akan tergusur proyek geothermal. Ia mengaku turun langsung ke Poco Leok untuk melihat keresahan masyarakat adat terkaik proyek geothermal tersebut.

"Saya turun langsung di Poco Leok. Di sana mulai terinspirasi karena ada keresahan dan penggusuran semena-mena oleh pemerintah dan aparat penegak hukum," ujar Yanto saat ditemui di Kota Kupang, NTT, Kamis (12/12/2024).

"Masyarakat adat adalah fondasi penjaga alam dan tradisi," imbuh alumnus STPMD APMD Yogyakarta itu.

Tanah masuk ke dalam album bertajuk Menenun Suara Timur yang berkolaborasi dengan Indonesia Corruption Watch (ICW). Selain Marapu, album kompilasi itu juga menggandeng musisi lintas genre seperti Leisplang, Hiphop Lembata Foundation, dan Navicula. Lagu-lagu dalam album itu mengangkat kisah perjuangan, perlawanan, dan resiliensi warga dalam menghadapi berbagai permasalahan, mulai dari masalah lahan, lingkungan, hingga korupsi.

"Saya memang menjadikan musik sebagai alat perlawanan dan memang kami sering membangun kesadaran masyarakat melalui musik yang dikemas sesuai kondisi sosial yang terjadi," ujar Yanto.

Yanto menuturkan lagu-lagu Marapu mengangkat isu lingkungan, sosial, dan adat. Mereka juga banyak terinspirasi dari tanah kelahiran mereka. Sebut saja beberapa judul seperti Nusa Flobamora, Our Homeland, Eri Rambu, Tanah Sumba, hingga Welcome To Sumba.

Nama Marapu diambil dari aliran kepercayaan masyarakat Sumba. Menurut Yanto, Marapu didirikan pada 10 November 1999 di Yogyakarta. Band yang diilhami oleh sang legenda reggae Bob Marley itu telah merilis empat album.

Pada 2013, Yanto bersama sejumlah anggota Marapu pindah ke Bali. Di sana, Yanto dan kawan-kawan mulai dikenal oleh penggemar musik reggae. Bahkan, mereka beberapa diundang untuk konser ke sejumlah wilayah di Indonesia.

"Sekarang kami terus berkarya dan menetap di Sanur, Bali," imbuh Yanto.

Yanto mengakui Marapu sudah berkali-kali bongkar pasang personel hingga hampir 30-an orang. Saat ini, Marapu diawaki oleh Yanto (vokal), Dondho Kapita (bass), Micah Johnston (drum), Ryo Santoso (gitar), Novantara Bjs (gitar), dan Domi Kia Beda (keyboards).

"Sejak awalnya, anggota yang masih aktif sampai sekarang kami dua orang. Total anggota kami semua ada enam orang," kata pria sal Lewa, Kabupaten Sumba Timur, itu.




(iws/gsp)

Hide Ads