Fakta atau Mitos Air Hujan Bikin Sakit?

Fever, Close-up medical thermometer, Parent / Father measuring temperature of his ill kid, Asian 3 - 4 years old toddler boy gets high fever lying on bed with cold compress on forehead to cool a fever — Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/yaoinlove)

Denpasar -

Banyak orang yang tiba-tiba sakit saat memasuki musim hujan. Lantas, apakah mitos atau fakta bahwa air hujan dapat mengakibatkan seseorang sakit?

Terdapat berbagai jenis penyakit yang sering dialami seseorang ketika musim hujan. Umumnya, penyakit yang kerap ditemukan saat musim hujan antara lain batuk, pilek, demam, meriang, hingga sakit kepala.

Dilansir dari laman pusatkrisis.kemkes.go.id, air hujan sesungguhnya aman digunakan untuk aktivitas sehari-hari seperti mandi bahkan untuk dikonsumsi. Demikian pula pada sektor pertanian dan perkebunan yang membutuhkan air hujan agar tanaman menjadi subur dan tanah menjadi gembur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari detikHealth, terjebak di tengah hujan lebat atau berlari di tengah hujan tidak dapat membuat tubuh menjadi sakit. Sebab, hujan tidak dapat menularkan virus.

Virus yang memicu penyakit flu biasa menyebar melalui cairan tubuh seseorang yang terinfeksi. Artinya, seseorang dapat terjatuh sakit setelah melakukan kontak dengan orang yang sakit. Bisa juga akibat menyentuh permukaan yang mengandung cairan ingus atau air liur yang mengandung virus, lalu menyentuh mata, mulut, atau hidung.

Walaupun saat musim hujan lebih banyak orang yang sakit, tetapi hal tersebut terjadi karena kebanyakan orang berada di dalam ruangan dalam jangka waktu yang lama. Sebuah penelitian menunjukkan virus flu dan pilek dapat lebih berkembang biak dalam kondisi yang dingin dan kering.

Dengan demikian, cuaca hujan secara tidak langsung dapat meningkatkan peluang bagi virus untuk menginfeksi lebih banyak orang melalui kontak dekat.