DISCLAIMER: Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapapun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental terdekat.
Tragedi bunuh diri kakak beradik, KS (23) dan PY (5), di Jembatan Tukad Bangkung, Badung, beberapa waktu lalu menambah panjang daftar kasus bunuh diri di Bali. KS dan PY merupakan yatim piatu yang hidup dalam kemiskinan di Desa Bontihing, Buleleng.
KS menjadi tulang punggung keluarga sejak kedua orang tua mereka meninggal, sekitar lima tahun lalu. Selain menanggung adiknya, KS juga harus mengurus kakak perempuannya, LS (34), yang seorang penyandang disabilitas. Sedangkan, saudara nomor tiga atau adik KS, yakni KM, sudah menikah. Mereka seluruhnya lima bersaudara, tapi satu orang meninggal dunia saat masih kecil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diduga, KS mengajak adiknya bunuh diri lantaran tak kuat menanggung beban hidup yang berat. Motif ekonomi sejauh ini menjadi salah satu alasan utama dalam sederet kasus ulah pati atau bunuh diri di Pulau Dewata.
"Kondisinya memang kurang mampu," jelas Perbekel Desa Bontihing, I Gede Pawata, beberapa waktu lalu.
Angka suicide rate atau tingkat bunuh diri di Bali mencapai 3,07. Angka tersebut jauh melampaui provinsi-provinsi lain di Tanah Air.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang menempati peringkat kedua dengan tingkat bunuh diri 1,58. Sementara, Aceh menempati posisi buncit dari seluruh provinsi di Indonesia dengan angka suicide rate hanya 0,02.
![]() |
Untuk menekan kasus bunuh diri, upaya pencegahan penting dilakukan. Sejumlah komunitas dan yayasan di Bali bergerak di bidang kesehatan mental. Komunitas dan yayasan ini memiliki beberapa program untuk mencegah ulah pati.
Misalnya Yayasan Bali Bersama Bisa (BBB) yang memiliki program unggulan Bisa Helpline. Bisa Helpline adalah saluran khusus untuk dukungan krisis mental dan emosional yang didirikan pada April 2021 sebagai respons atas pengalaman pribadi tragis yang dialami salah satu pendirinya, I Wayan Eka Sunya Antara.
Operations Manager Bali Bersama Bisa Agus Endrawan menuturkan mereka yang dilayani oleh Bisa Helpline antara lain penderita anxiety atau kegelisahan, depresi, kecanduan, korban kekerasan dalam rumah tangga, kesedihan atau kehilangan, kesepian dan isolasi sosial berbeda, menyakiti diri sendiri, stres, panic attacks atau serangan panik, kesehatan mental, hingga trauma. Bahkan, BBB juga pernah menangani orang yang ingin mengakhiri hidupnya.
"Begitu mereka merasa kesehatan mental mereka terganggu, mereka tidak butuh saran. Yang mereka butuhkan hanya teman mendengar yang baik," tutur Agus Endrawan saat ditemui detikBali di Bali Bersama Mental Health Care, Jumat (21/6/2024).
Selanjutnya, ada Komunitas Bipolar Bali yang memiliki dua program rutin yang dilakukan setiap tahunnya oleh para anggota. Kegiatan tersebut meliputi support group dan seminar umum. Mereka dipertemukan untuk saling berbagi dan belajar terkait kesehatan mental, terkhusus pada permasalahan bipolar.
"Bisa dibilang treatment yang cocok untuk para penyintas itu adalah produktif dan jangan sampai dia sendirian," ucap Ketua Yayasan Bipolar Bali Gede Krisna Juliartha Putra.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan para penyintas bipolar di komunitas untuk bertemu, saling bercerita, berkeluh kesah, dan berbagi wawasan baru terkait bipolar. Biasanya kegiatan ini dilakukan satu bulan sekali dengan membawa topik atau isu menarik seputar bipolar untuk kemudian dibahas dan diberikan edukasi.
Topik yang dibahas seperti tekanan pekerjaan, keluarga, hingga masa lalu. Dalam hal ini, penyintas bipolar yang sudah pernah mengalami dan berhasil melewati problem tersebut akan menjadi narasumbernya. "Kami akan memperbaiki stigmanya bahwa bipolar itu adalah penyakit mental dan kami semua harus aware sama hal itu," tegas Krisna.
Berikutnya ada komunitas Shuffle and Strides bersama Empowering Awareness Asia yang punya cara berbeda untuk menekan angka bunuh diri di Bali. Yakni melalui kegiatan Pelatihan Kesadaran Kesehatan Mental atau Mental Health Awareness Training (MHAT).
Program ini dibuka untuk umum, biasanya diikuti oleh 30-40 orang per sesi. Peserta bisa mengikuti seminar selama dua hari berturut-turut, mulai pukul 09.00 Wita sampai 16.00 Wita. Semua fasilitas disediakan gratis oleh Shuffle and Strides dan Empowering Awareness Asia.
Peserta yang mengikuti MHAT akan mendapatkan sertifikat. Sertifikat itu dapat ditukar ke sepuluh sesi konseling gratis ke Empowering Awareness Asia.
![]() |
Tak hanya komunitas dan yayasan swasta, Dinas Sosial (Dinsos) Kota Denpasar juga punya program mencegah bunuh diri. Yakni, Rumah Berdaya Denpasar.
Rumah Berdaya Denpasar adalah rumah singgah bagi para penderita skizofrenia di Bali. Orang dengan skizofrenia (ODS) diberikan pelatihan softskill maupun hardskill agar tetap produktif dan mandiri untuk menjalani kehidupan.
Rumah Berdaya Denpasar bukanlah tempat tinggal permanen bagi penderita skizofrenia. Lebih tepatnya seperti sekolah. Lalu ada program Pojok Kebaikan (Pobia). Pobia merupakan layanan sosial terintegrasi bagi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) serta masyarakat umum.
Secara garis besar, Pojok Kebaikan menyediakan tiga jenis layanan yang meliputi layanan rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, perlindungan sosial dan jaminan sosial.Pembaca detikBali, kami merangkum sejumlah upaya dari komunitas masyarakat dan pemerintah demi menekan angka bunuh diri di Bali. Ajaran seluruh agama juga mengutuk ulah pati. Selamat membaca!
1.
2.
3.
4.
5.
(hsa/gsp)