Rumah Berdaya, 'Sekolah' untuk Para Penderita Skizofrenia

Liputan Khusus Kesehatan Mental

Rumah Berdaya, 'Sekolah' untuk Para Penderita Skizofrenia

Rusmasiela Mewipiana Presilla - detikBali
Selasa, 30 Jul 2024 15:59 WIB
Bagian depan Rumah Berdaya di Jalan Raya Sesetan, Denpasar, Rabu (26/6/2024).
Foto: Bagian depan Rumah Berdaya di Jalan Raya Sesetan pada Rabu (26/6/2024). (Istimewa)
Denpasar -

Gangguan jiwa atau mental yang tak tertangani dengan baik berpotensi membuat seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Salah satu jenis gangguan jiwa adalah skizofrenia. Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar memiliki tempat khusus untuk menangani penderita skizofrenia, yakni Rumah Berdaya Denpasar.

Skizofrenia adalah gangguan mental yang memengaruhi otak dan memicu munculnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang tidak biasa. Skizofrenia dapat dijelaskan sebagai kondisi di mana seseorang mengalami keretakan atau perpecahan dalam kepribadian mereka.

Gangguan ini ditandai oleh distorsi dalam proses pikir, afek atau emosi, kemauan, dan psikomotor, serta terjadi disharmoni antara elemen-elemen tersebut. Dampak yang paling parah, skizofrenia bisa menjadi penyebab seseorang bunuh diri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah Berdaya Denpasar merupakan rumah singgah bagi para penderita skizofrenia di Bali. Orang dengan skizofrenia (ODS) diberikan pelatihan soft skill maupun hard skill agar tetap produktif dan mandiri untuk menjalani kehidupan.

Rumah Berdaya Denpasar bukanlah tempat tinggal permanen bagi penderita skizofrenia. Lebih tepatnya seperti sekolah. Selama kurang lebih delapan tahun lamanya, Rumah Berdaya Denpasar menaungi serta setia menemani para ODS. Rumah Berdaya didirikan pada 2016 oleh dr Gusti Rai Putra Wiguna, seorang psikiater.

ADVERTISEMENT
Alat yang digunakan penyintas dan pengidap skizofrenia untuk memproduksi baju.Alat yang digunakan penyintas dan pengidap skizofrenia untuk memproduksi baju. (Ramdan/detikBali)

Salah satu tenaga psikologi di Rumah Berdaya Denpasar, Kadek Githa Garsani Pandan Rini, mengatakan psikiater yang akrab disapa Rai tersebut mendirikan Rumah Berdaya berangkat dari pengalamannya menangani banyak pasien.

Setelah pasien-pasiennya pulih, ia menyadari bahwa mereka masih menghadapi stigma yang besar dari masyarakat. Stigma ini membuat mereka rentan menjadi bahan ejekan, sulit diterima di tempat kerja, dan sering kali terisolasi.

Rai pun memiliki keinginan untuk menciptakan sebuah wadah khusus bagi mereka. Tempat mereka bisa berkegiatan dan bersosialisasi tanpa menghadapi stigma. Rumah Berdaya hadir untuk membantu para penyintas gangguan kesehatan mental agar tidak kembali terpuruk setelah keluar dari rumah sakit.

Di Rumah Berdaya, para ODS dapat berinteraksi dengan orang lain dan membuktikan bahwa mereka masih memiliki potensi dan kemampuan. Tujuan utama dari Rumah Berdaya adalah menjadi batu loncatan bagi para penyintas untuk perlahan-lahan berintegrasi kembali ke masyarakat dan mandiri, sehingga mereka berani menjalani kehidupan tanpa rasa takut akan stigma.

"Kalau dari 2016 awal sejak berdiri Rumah Berdaya, ada 105 orang (ODS) yang tercatat. Tahun ini (sejak Januari 2024) ada 25 orang yang kami tangani," tutur Githa saat diwawancarai detikBali di Kantor Dinas Sosial Kota Denpasar, Jumat (21/6/2024).

Rumah Berdaya Denpasar beroperasi dari pukul 07.30 Wita sampai 15.30 Wita pada hari biasa dan 07.30 Wita sampai 13.00 Wita pada Jumat. Fleksibilitas waktu operasional juga disesuaikan dengan suasana hati para ODS yang kunjungannya bisa mencapai 15 orang dalam sehari.

Potret karya lukis buatan para ODS di Rumah Berdaya.Potret karya lukis buatan para ODS di Rumah Berdaya. (Zheerlin Larantika Djati Kusuma/detikBali)

Para pasien berasal dari berbagai daerah, baik Denpasar, Singaraja, dan Badung. Bahkan, ada yang datang dari Solo, Jawa Tengah. Sejauh ini, sebagian besar pasien adalah laki-laki.

Di Rumah Berdaya, ada banyak pelatihan yang diberikan untuk ODS. Seperti les bahasa Inggris, pelatihan potong rambut, produksi dupa, baju kaus, minyak, lukisan, dan masih banyak lagi. Rumah Berdaya Denpasar menemani para ODS selama kurang lebih delapan tahun lamanya.

Dari Kuli Proyek Jadi Pegawai Kontrak

Sebuah kisah inspiratif datang dari pria bernama I Nyoman Sudiasa. Pria yang akrab disapa dengan Sudiasa ini menceritakan pengalamannya sebagai penyintas skizofrenia sejak 2001.

Diawali dengan ditemukannya Sudiarsa mengamuk di tempat kerja lamanya, membuat pria berusia 50 tahun itu diamankan oleh petugas keamanan. Ia dibawa secara paksa ke RSUP Sanglah (sekarang bernama RSUP Prof. Ngoerah) dan harus dirawat selama empat hari.

Singkat cerita, setelah selesai dirawat di RS Sanglah, Sudiasa kembali ke kampung halamannya di Buleleng. Namun karena stigma masyarakat dan kurangnya edukasi, Sudiasa pun kambuh lagi dan membuatnya harus dirawat di RSJ Bangli.

Sayangnya ia harus pulang paksa karena keterbatasan biaya. Saat itu keluarganya harus membayar Rp 5 juta pada 2001. Sudiarsa menyebut dia didiagnosis skizofrenia karena faktor genetik dari sang ibu dan juga ekonomi.

"Setelah saya berkeluarga mulai ada tekanan ekonomi. Karena saya hanya kerja kuli, sudah punya anak dan ngekos di Denpasar, tekanan ekonomi tinggi," cerita Sudiarsa ditemui detikBali di Rumah Berdaya, Senin (24/6/2024).

Namun, berkat dukungan keluarga dan edukasi dari komunitas seperti Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI), Sudiarsa mulai menerima kondisinya dan berangsur-angsur pulih melalui terapi rutin dan obat-obatan, hingga akhirnya menemukan hikmah dari apa yang dialami.

Pada 2019, Sudiarsa bergabung ke Rumah Berdaya. Seiring berjalannya waktu, Sudiarsa dipercaya dan diangkat menjadi pegawai kontrak di Dinas Sosial dan dipercaya menjadi Koordinator Rumah Berdaya. Dengan jabatan yang diemban saat ini, Sudiarsa dapat banyak kesempatan untuk berkarya, ikut pameran, diundang ke beberapa kota, dan lainnya.

"Kalau saya tidak skizofrenia, mungkin saya tidak bisa berkarya dan berdaya, saya sampai dibiayai ke Jakarta," ungkap syukur Sudiarsa.




(hsa/nor)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali

Hide Ads