Ketut Vety Christianthy mendirikan Komunitas Bipolar Bali pada 10 Maret 2019. Komunitas ini lahir dari keresahan Christianthy melihat penyintas bipolar di lingkungannya dilabeli 'gila'.
Stigma buruk ini membuat penyintas bipolar membatasi gerak hingga bisa melakukan upaya bunuh diri. "Padahal, dia (penyintas bipolar) butuh sebuah wadah untuk bisa survive (bertahan hidup) agar tidak merasa sendiri saat menjalani hidup," ujar Ketua Yayasan Komunitas Bipolar Bali Gede Krisna Juliartha Putra kepada detikBali, Kamis (20/6/2024).
Bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi yang drastis dari rasa gembira yang ekstrem menjadi depresi yang parah. Penyintas bipolar dapat merasakan gejala mania (sangat senang) dan depresi.
Gejala depresi yang muncul pada penyintas bipolar bisa antara lain merasa sangat sedih dan putus asa, lemas dan kurang energi, merasa kesepian, hingga merasa bersalah. Gejala depresi terburuk bagi penyintas bipolar adalah muncul keinginan untuk bunuh diri.
Krisna Komunitas Bipolar Bali telah memiliki kurang lebih 90 anggota yang berasal dari seluruh wilayah di Bali dan luar Bali (Jawa). Anggota komunitas didominasi oleh perempuan dengan rentang usia mulai dari 25 tahun ke atas.
Untuk bergabung ke dalam komunitas ini, terdapat mekanisme yang wajib dipenuhi. Salah satunya kelengkapan administrasi berupa bukti diagnosis sebagai penyintas bipolar.
"Sistemnya kami riset dulu. Kami cari tahu orangnya beneran bipolar atau tidak. Syaratnya harus ada surat diagnosis dokter," ujar Krisna.
Selain itu, individu yang ingin bergabung pada komunitas ini juga harus melakukan asesmen tertentu guna memverifikasi kebenaran dari gangguan mental yang diderita. Sebagai ketua komunitas, Krisna mengaku waswas dengan kemungkinan penyalahgunaan mental isu bipolar sebagai kedok untuk mendapatkan privilege.
"Kami perlu kritis juga dalam menilai orang yang mau masuk, karena di lapangan banyak orang yang ingin menjadi bipolar, kayak bipolar dipakai sebagai excuse (dalih)," jelasnya.
Program Komunitas
Komunitas Bipolar Bali memiliki dua program yang rutin dilakukan setiap tahunnya oleh para anggota. Kegiatan tersebut meliputi support group dan seminar umum. Mereka dipertemukan untuk saling berbagi dan belajar terkait kesehatan mental, terkhusus pada permasalahan bipolar.
"Bisa dibilang treatment yang cocok untuk para penyintas itu adalah produktif dan jangan sampai dia sendirian," ucap Krisna.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan para penyintas bipolar di komunitas untuk bertemu, saling bercerita, berkeluh kesah, dan berbagi insight baru terkait bipolar. Biasanya kegiatan ini dilakukan satu bulan sekali dengan membawa topik atau isu menarik seputar bipolar untuk kemudian dibahas dan diberikan edukasi.
Membahas masa lalu baca di halaman selanjutnya.
(nor/hsa)