Kasus bunuh diri mahasiswa Universitas Udayana (Unud) berinisial TAS (21) masih diselidiki polisi. Hingga kini, isi ponsel dan laptop TAS masih diubek-ubek polisi untuk mendapatkan bukti yang memicu TAS mengakhiri hidupnya.
"Masih kami selidiki isi ponsel dan laptop (korban). Itu yang sedang kami dalami," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Bali, Kombes Ariasandy, saat ditemui detikBali di kantornya, Kamis (23/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ariasandy mengatakan TAS adalah mahasiswa yang memiliki masalah kesehatan kejiwaan. Kondisi itu akan terjadi jika dipicu oleh sesuatu hal atau seseorang yang tidak sesuai harapan TAS. Hal itu diketahui dari pemeriksaan kepada 21 saksi.
Para saksi yang mayoritas dosen dan mahasiswa lain mengaku kerap melihat TAS marah dan kerap mengancam akan bunuh diri dengan cara melompat dari ketinggian. Hal itu terjadi saat TAS dianggap melakukan kesalahan ketika aktivitas perkuliahan maupun kesehariannya bergaul dengan temannya di kampus.
Meski begitu, terang Ariasandy, gejala gangguan kejiwaan itu tidak berlangsung lama. Kondisi TAS biasanya dapat normal kembali setelah ditenangkan dosen atau teman-temannya.
"Korban ini marahnya meledak-ledak, tantrum, sering memukulkan kepalanya sendiri. Setelah sadar, dia meminta maaf kepada teman-temannya karena sudah membuat kegaduhan. Jadi, selama ini teman sekelasnya tidak ada yang mem-bully karena semua teman dan dosennya tahu kondisinya dia (TAS)," tutur Ariasandy.
Dari keterangan para saksi itu, upaya mengorek bukti dari ponsel dan laptop TAS, perlu dilakukan. Untuk mengetahui pasti hal lain yang memicu TAS bertingkah aneh dan akhirnya bunuh diri dengan cara melompat dari lantai 4 gedung kampusnya.
"Kalau dari hasil penyelidikan itu tidak kami temukan unsur pidana, berarti bukan peristiwa pidana. Murni bunuh diri. Kasus bisa ditutup," terang mantan Kabid Humas Polda NTT itu.
"Kalau ada seseorang yang memicu, akan kami gelarkan perkara, dan kasusnya kami naikkan ke tingkat penyidikan. Orang itu bisa jadi dianggap pemicu," imbuh Ariasandy.
Ariasandy mengatakan baru rekaman tiga CCTV di lantai empat yang sudah diambil polisi sejak Senin (20/10/2025). Namun, tidak ada rekaman yang menayangkan langsung TAS melompat dari lantai empat.
Sebabnya, tiga kamera CCTV itu statis alias tidak dapat diubah arahnya. Selain itu, tidak ada satupun kamera CCTV yang menyorot ke tempat mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) itu melompat dari lantai empat.
Diberitakan sebelumnya, Ayah TAS, Lukas Diana Putra, mendatangi Kepolisian Resor Kota (Polresta) Denpasar. Lukas telah membuat aduan masyarakat (dumas) terkait penyebab kematian TAS pada Sabtu (18/10/2025).
Lukas dalam aduannya meminta polisi menjelaskan terkait kronologi tewasnya TAS dan mengusut tuntas kasus bunuh diri anaknya. Ariasandy mengatakan, penyelidikan atas kasus bunuh diri TAS dilanjutkan hingga kini juga berdasarkan aduan masyarakat dari Lukas.
"Setelah ramai di media sosial, ada aduan masyarakat dari bapaknya. Ya, kami kroscek lagi," jelas Ariasandy.
(hsa/hsa)