Mobil Listrik untuk Kendaraan Wisata Sempat Diuji Coba di Ubud, Apa Hasilnya?

Mobil Listrik untuk Kendaraan Wisata Sempat Diuji Coba di Ubud, Apa Hasilnya?

I Wayan Sui Suadnyana, Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Kamis, 20 Jun 2024 22:16 WIB
Konferensi pers acara uji coba antar-jemput wisatawan dengan mobil listrik di The Stones Hotel Legian, Bali, Kamis (20/6/2024). (Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Foto: Konferensi pers acara uji coba antar-jemput wisatawan dengan mobil listrik di The Stones Hotel Legian, Bali, Kamis (20/6/2024). (Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Badung -

Penggunaan mobil listrik untuk transportasi pariwisata diuji coba di Ubud, Gianyar, Bali, pada September 2023 hingga Mei 2024. Uji coba itu merupakan program Sustainable Mobility Advancing Real Transformation (SMART).

Program itu dilakukan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) bersama Toyota Mobility Foundation (TMF). Hal itu dilakukan untuk mendorong transformasi pariwisata hijau di Bali dengan sistem transportasi berbasis teknologi elektrifikasi dan digital.

Presiden Direktur TMMIN Nandi Julyanto mengeklaim hasil evaluasi program SMART di Ubud mendapatkan hasil kepuasan sebesar 4,8 dari 5. Artinya, angka tersebut baik dan banyak orang yang antusias untuk mencoba dan mengurangi kemacetan melalui program tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, Nandi berujar, pihaknya mendapatkan dukungan positif dari pemerintah hingga stakeholder lainnya. Menurutnya, program ini nantinya akan dievaluasi ke depannya agar dapat dilanjutkan di daerah lainnya.

Nantinya juga akan didiskusikan dengan pemerintah daerah setempat untuk mengetahui bisnis model yang berkelanjutan. "Kalau tidak berkelanjutan percuma," kata Nandi setelah 'Uji Coba Mobilitas Elektrifikasi (xEV)' di The Stones Hotel Legian, Bali, Kamis (20/6/2024).

ADVERTISEMENT

"Di beberapa tempat waktu ceremony launching banyak orang, tetapi setelah itu semua pergi. Kalau kemarin di kami (saat launching) orang dari pemda, Dinas Pariwisata, dan transportasi sangat support," imbuhnya.

Di sisi lain, Nandi menyinggung soal pasar kendaraan listrik di Bali. Menurutnya, pasar kendaraan listrik di Pulau Dewata saat ini baru bersifat business to business (B2B).

"Sebenarnya kalau pasar kan tergantung customer. Tapi, kalau ini kan sifatnya B2B, bussiness to bussiness. Jadi, tidak langsung dengan customer. Kalau pasar kan langsung dengan customer," ungkapnya.

Nandi tak yakin soal pemasaran kendaraan listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV) di Bali. Sebab, berkaca pada Thailand, terdapat penurunan penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai seusai insentif dicabut.

Menurutnya, salah satu alasan penurunan penggunaan BEV oleh customer, yakni perihal infrastruktur hingga menjamin ketenangan pikiran.

"Kalau hybrid kan peace of mind-nya oke. Beberapa negara seperti Amerika dan Eropa itu banyak kembali ke hybrid. Sehingga kalau pasar, silahkan customer yang memutuskan. Kalau B2B kan kami punya konsep yang sama, punya semangat yang sama dan filosofi yang sama," ungkapnya.

Nandi kemudian menyinggung soal tamu yang menggunakan kendaraan listrik di The Stones Hotel Legian, Bali. Menurutnya, tamu di hotel tersebut memiliki concern terhadap pengurangan karbondioksida.

"Sehingga customer The Stones memilih Innova BEV itu iya. Tapi, apakah customer ini mau memiliki Innova ini, belum tentu. Perlu di-study lagi. Meskipun ada beberapa sounding yang bertanya kapan ini dijual," terangnya.




(iws/iws)

Hide Ads