Kabar duka datang dari dunia sastra Tanah Air. Sastrawan sekaligus penyair Joko Pinurbo meninggal dunia.
Dilansir dari detikPop, penyair kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan itu tutup usia pagi tadi, sekitar pukul 06.30 WIB di RS Panti Rapih, Yogyakarta.
"Istri Mas Jokpin, Mbak Nur, mengirim kabar duka melalui WhatsApp tadi pagi jam 07.14," kata Editor Senior Sastra GPU, Mirna Yulistianti, dikutip dari detikPop, Sabtu (27/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut keterangan Mirna, Joko Pinurbo meninggal di rumah sakit setelah kemarin diopname karena sakit yang diidapnya.
Dilansir dari detikJogja, saat ini jenazah Jokpin disemayamkan di rumah duka Perkumpulan Urusan Kematian Yogyakarta (PUKY) di Jalan PGRI, Sonosewu, Kasihan, Bantul. Joko Pinurbo akan dimakamkan pada Minggu (28/4/2024) pukul 10.00 WIB, di pemakaman Demangan, Ngemplak, Sleman.
Pantauan detikJogja di lokasi, pagi tadi, jenazah Joko Pinurbo beserta rombongan keluarga tiba di PUKY sekitar pukul 09.30 WIB. Selanjutnya, jenazah Joko Pinurbo disucikan oleh pihak keluarga.
![]() |
Di lokasi, tampak Istri Joko Pinurbo, Nuraini Amperawati Firmina, didampingi putrinya, Maria Azalea Anggraeni atau Lea.
Putri Joko Pinurbo, Lea, mengatakan kondisi kesehatan ayahnya mulai menurun sebelum kembali dirawat di RS Panti Rapih Jogja.
"(Masuk rumah sakit) Kamis siang. Keluarga belum mau berkomentar ya. Ini mau mensucikan dulu," kata Lea kepada wartawan.
Joko Pinurbo dikenal sebagai sastrawan terbaik Indonesia yang lahir di Sukabumi, Jawa Barat, pada 11 Mei 1962. Pria yang akrab disapa Jokpin sudah gemar puisi sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Saking cintanya dengan puisi, ia mengenyam pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Sastrawan tersohor itu sudah menelurkan daftar panjang puisi yang dia tulis. Beberapa karya Joko Pinurbo termasuk Celana (1999), Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (2007), Di Bawah Kibaran Sarung (2001), Pacarkecilku (2002), hingga Telepon Genggam (2003).
Kemudian, karyanya juga termasuk Haduh, aku di-follow (2013), Surat dari Yogya: Sepilihan Puisi (2015), Srimenanti (2019), hingga Tak Ada Asu di Antara Kita: Kumpulan Cerpen (2023).
Joko Pinurbo juga memiliki sejumlah antologi yang berjudul Tugu (1986), Tonggak (1987), Sembilu (1991), Ambang (1992), Mimbar Penyair Abad 21 (1996), Utan Kayu Tafsir dalam Permainan (1998). Selamat jalan, Joko Pinurbo!
Hatiku yang ranum tertinggal di kedai kopi, disimpan sepi di saku jaketmu, dan akan dikembalikan padaku lewat sajak yang bakal kutulis nantiJoko Pinurbo, 'Dari Jendela Pesawat' (2018) |
(dpw/gsp)