Instalasi Pengolahan Air (IPA) Estuary yang dikelola perusahaan Daerah Air Minum (Perumda) Tirta Mangutama, Kabupaten Badung, kini mulai meningkatkan produksi air bersih dari 500 liter per detik menjadi 750 liter per detik. Penambahan kapasitas produksi ini diyakini memenuhi kebutuhan air di kawasan selatan Badung seperti Kuta dan Kuta Selatan.
IPA Estuary juga mengaplikasikan sistem Membrane Bioreactor (MBR) untuk mengolah air berbagai sumber menjadi air siap minum. Di mana PDAM Badung kini mengolah air tidak lagi menggunakan pola konvensional dengan zat kimia untuk pengolahan air.
"Dengan sistem membrane bioreactor dan decouler ini maka produksi (dapat) kami tingkatkan. Awalnya bisa menyelesaikan 500 liter per detik, sekarang mampu menyelesaikan 750 liter per detik," kata Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta melalui keterangan pers, Jumat (5/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Giri mengatakan pemerintah akan menaikkan kapasitas produksi air di IPA tersebut secara bertahap. Dia menargetkan produksi dapat mencapai 2.000 liter per detik pada 2024 sehingga suplai air mampu mencakup kawasan Kuta dan Kuta Selatan dengan maksimal.
"Di bulan Juni ke depan, kami siapkan lagi 250 liter per detik. Sehingga nantinya mencapai 1.000 liter per detik untuk ke depannya. Kami targetkan 2.000 liter per detik untuk kawasan Kuta dan Kuta Selatan," ungkap politikus PDIP itu.
Saat peresmian sistem tersebut, Giri Prasta dan jajarannya juga sempat mencoba hasil pengolahan air di IPA Estuary yang siap minum. Dia menegaskan pengolahan air minum juga melibatkan pihak ketiga dengan skema business to business (B to B).
"Saya harap bisa jadi layanan penyedia air bersih berstandar internasional," tukasnya.
Direktur Utama Perumda Tirta Mangutama Badung I Wayan Suyasa menyebut pengolahan air di IPA yang berlokasi di bendungan muara Tukad Badung, Kelurahan Kuta, itu tidak lagi dengan cara konvensional menggunakan zat kimia. Namun diubah dengan sistem MBR.
"Badung ini jadi poros pariwisata Bali yang harus mampu menjaga kelestarian lingkungan. Dengan tidak adanya bahan kimia, maka residu pengelolaan ini tidak mengganggu biota laut, termasuk pohon bakau yang ada di sekeliling IPA," ucap Suyasa.
(nor/nor)