Sepanjang Jalan Serangan menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung, Denpasar Selatan, Bali, dipenuhi puluhan truk pengangkut sampah. Mereka harus mengantre sangat lama untuk membuang sampah ke TPA yang baru saja terbakar itu. Bahkan, ada yang harus menginap selama dua hari.
"Tidurnya di dalam mobil. Kadang-kadang dijemput sama orang tua untuk pulang sebentar (sekedar untuk istirahat)," ucap salah seorang sopir truk, Kadek Bayu Segara (30), yang diwawancarai detikBali, Rabu (8/11/2023).
Pria menjadi sopir truk sejak 2018 itu mengaku kondisi tersebut sangat tidak nyaman. Padahal, sebelum TPA Suwung terbakar, untuk membuang sampah ke sana tidak perlu antre lama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasti tidak nyaman karena nyamuk dan lalat. Tidur juga tidak tenang karena truk-truk (di depannya) bisa maju kapan saja jadinya, hanya bisa tidur sebentar," ujar pria asal Karangasem itu.
Terkadang saking lamanya antrean, Bayu menyempatkan diri pulang ke rumah untuk sementara waktu. Truk sampahnya pun dititipkan ke rekan-rekan sopir lain.
Dia menceritakan biasanya membawa sampah dari Denpasar dengan berat sekitar tiga ton setiap pengambilan.
Sejak kebakaran di TPA Suwung, Bayu sering mendapat komplain dari para pelanggannya yang saat ini berjumlah sekitar 300 orang. Mereka banyak mengeluhkan soal menumpuknya sampah lantaran lama tidak diangkut.
"Harapannya ke pemerintah tolong lebih dipercepat agar kebakaran ini bisa selesai dan supaya kami bisa membantu pengambilan sampah agar pelanggan tenang dan tidak kecewa," ungkapnya.
Untuk diketahui, setelah kebakaran, TPA Suwung hanya dibuka pukul 20.00-22.00 Wita setiap hari.
Sopir truk sampah lainnya, Yohanes Dombos Kolede (24), mengantri sejak pukul 09.00 Wita. Dia mengangkut sekitar lima ton sampah dari Denpasar.
"Kegiatan sambil menunggu hanya tidur dan ngobrol dengan teman-teman di sini," ujar Yohanes yang memegang nomor urut antrean 50 itu.
Dia menyebut situasi kebakaran yang membuat TPA Suwung dibatasi sudah menjadi risikonya sebagai sopir truk sampah.
"Kalau saat normal (sebelum TPA terbakar) mengirim sampah satu kali sehari dan tidak isi antre lama berjam-jam seperti sekarang," tandas pria asal Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu.
(hsa/dpw)