Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) mengungkapkan LRT di Bali bakal dibangun di bawah tanah alias underground. Alasannya karena terbentur beberapa aturan pembangunan di Pulau Dewata.
Dikutip dari detikFinance, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas Ervan Maksum mengatakan aturan pembangunan tersebut antara lain bangunan yang tidak boleh tinggi dari pohon kelapa dan tidak boleh menggusur pura. Maka dari itu, pembangunan LRT di bawah tanah menjadi solusi untuk diambil.
"Di Bali ada masalah besar, bangunan nggak boleh tinggi dari pada pohon kelapa, nggak boleh ke atas. Kalau mau pelebaran jalan di sana banyak pura. Jadi bagaimana caranya? Harus ke bawah satu-satunya cara," ungkap Ervan Maksum dalam Diskusi Green Finance Pustral UGM, Minggu (24/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, pembangunan moda perkeretaapian di Bali sangat penting. Khususnya untuk mempersingkat waktu tempuh dari dan ke Bandara Ngurah Rai.
Selama ini jalan-jalan di Bali kapasitasnya sudah tak mencukupi lagi mengimbangi pertimbangan kendaraan. Akhirnya kemacetan sering terjadi di Bali, khususnya di kawasan-kawasan ramai wisatawan. Ervan mengatakan kadang-kadang untuk menuju bandara masyarakat butuh waktu sampai 2 jam.
"Di Bali ini untuk sampai ke bandara kalau peak hour itu bisa 2-3 jam. Masalah waktu menjadi mahal, padahal Bali kecil kan, tapi masalah. Solusinya, salah satunya adalah menggunakan kereta untuk mempercepat mobilitas di kantong-kantong. Karena tourism kan di sana diklasterkan ada Jimbaran, Seminyak, Kuta, Nusa Dua dan Sanur," beber Ervan.
"Mereka masalahnya akses ke bandara. Padahal ada sekitar 58 ribu orang per hari yang masuk ke Bali naik pesawat," Ervan menambahkan.
Anggaran 3 Kali Lipat
Menurut Ervan yang bakal jadi masalah adalah pembiayaan untuk pembangunannya. Menurut Ervan, pembangunan LRT di bawah tanah biayanya bisa sampai tiga kali lipat daripada pembangunan jalur LRT sejajar dengan jalan ataupun dibangun layang.
Dia memaparkan untuk 4,9 kilometer jalur LRT bawah tanah saja butuh biaya sampai Rp 5 triliunan.
"Nah kalau ke bawah itu bisa tiga kali harga kalau di atas. Misalnya dari Bandara Ngurah Rai ke Kuta itu Rp 5 triliun, padahal nggak sampai 4,9 kilometer. Karena lewat bawah mahal sekali," ungkap Ervan.
Dalam bahan paparan yang diperlihatkan Ervan, terlihat rencana besarnya LRT Bali mau dibangun sepanjang 5,3 kilometer. Menghubungkan Bandara Ngurah Rai ke Kuta Central Park kemudian berlanjut rutenya ke Seminyak.
Kebutuhan investasinya sendiri ditulis sebesar US$ 592,28 juta. Bila dikonversikan ke kurs terkini jumlahnya sekitar Rp 9,10 triliun (kurs Rp 15.370).
(nor/gsp)