Koster Pasrah Masih Banyak Sampah Kantong Plastik di Pasar

Denpasar

Koster Pasrah Masih Banyak Sampah Kantong Plastik di Pasar

Aryo Mahendro - detikBali
Rabu, 23 Agu 2023 14:18 WIB
Ketua DPD PDI Perjuangan Bali Wayan Koster di gedung DPRD  Bali, Senin (14/8/2023).
Gubernur Bali Wayan Koster. (Foto: I Nyoman Adhistaya Sawitra/detikBali)
Denpasar - Gubernur Bali Wayan Koster mengeluh masih banyak pedagang di pasar tradisional yang menggunakan kantong plastik atau kresek. Akibatnya banyak sampah kresek berwarna merah yang berserakan di area pasar.

"Pembatasan sampah plastik belum memuaskan. Toko modern, pasar swalayan, hotel, dan restoran sudah bagus. Tapi di pasar tradisional, belum (menghentikan penggunaan kantong kresek)," kata Koster di Denpasar, Rabu (23/8/2023).

Koster tidak menyebutkan pasar mana saja yang masih menggunakan tas kresek untuk membungkus belanjaan. Yang jelas, dirinya hanya bisa pasrah melihat fakta tersebut.

"Apalagi di pasar-pasar tradisional. Betul-betul masih banyak (pasar tradisional) yang masih menggunakan tas kresek. Warnanya merah lagi. Saya kan merah. Jadi, saya terpaksa bersabar dahulu deh," kata Koster menyamakan warna merah tas kresek dengan partai politiknya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Bali I Made Teja mengatakan bahwa pihaknya sudah mencoba menerapkan pelarangan penggunaan tas kresek. Teja mengaku sudah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk menjalankan Peraturan Gubernur 97 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik sekali Pakai.

"Bersama dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian untuk mengajak (berhenti menggunakan tas kresek). Pelan-pelan dahulu. Supaya ada semangat yang sama dengan Pergub 97 itu," kata Teja.

Namun, Teja mengakui upaya tersebut belum maksimal. Dia mengatakan, hingga kini, masih banyak kiriman tas kresek dari para distributor di luar Bali. Pengiriman pasokan kantong plastik tersebut, lanjutnya, tidak bisa dicegah.

Untuk itu, selain berupaya menegakkan Pergub 97, Teja juga berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten dan kota se-Bali untuk menghentikan pesanan dan penggunaan kantong plastik secara bertahap.

"Kami koordinasi dengan teman-teman (jajaran pemerintah) di kabupaten dan kota terkait pembatasan masuknya tas kresek dari luar Bali. Larangan (kiriman tas kresek ke Bali) sudah kami coba. Tapi, (maksimal) karena ada barang (tas kresek kiriman dari luar Bali) yang nggak bisa kita kendalikan," kata Teja.

Ditanya apakah sudah ada larangan untuk pengelola pasar tradisional untuk tidak menggunakan tas kresek, Teja menyatakan pihaknya sudah menyampaikan larangan itu. Dirinya juga sudah mengimbau pengelola pasar untuk menggunakan bahan pembungkus dari bahan lain selain plastik.

Sebelumnya, Koster sudah mengungkapkan keenggannya terhadap penggunaan tas kresek atau kantong plastik sejak 2021 lalu. Dia bahkan mengancam akam menutup distributor kantong plastik sekali pakai seperti kresek dan sedotan plastik.

Menurutnya, adanya pasokan dari distributor plastik, membuat masyarakat di berbagai desa di Bali masih sulit ditertibkan agar melakukan pembatasan penggunaan plastik sekali pakai, seperti kresek dan sedotan plastik.


(dpw/gsp)

Hide Ads