Kisah Mantan Pelukis Bikin Museum Ogoh-ogoh Pakai Dana Pribadi

Badung

Kisah Mantan Pelukis Bikin Museum Ogoh-ogoh Pakai Dana Pribadi

Agus Eka - detikBali
Selasa, 11 Jul 2023 07:20 WIB
Ketut Nuada yang kumpulkan uang pribadi Rp 200 juta bikin museum ogoh-ogoh di Mengwi, Badung, Bali. (Agus Eka/detikBali)
Foto: Ketut Nuada yang kumpulkan uang pribadi Rp 200 juta bikin museum ogoh-ogoh di Mengwi, Badung, Bali. (Agus Eka/detikBali)
Badung -

Sudah lebih dari 10 tahun, Ketut Nuada (59) rehat menjadi seniman lukis. Pria asal Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Badung, Bali, ini pernah mangkal di halaman depan objek wisata Taman Ayun, bersama sejumlah kawan dari satu desa.

Di salah satu sudut barat di objek wisata itu, para pelukis demonstrasi aktivitas mereka di hadapan turis asing. Tak ayal, pelancong yang berminat bakal merogoh kocek untuk memboyong lukisan itu pulang ke negaranya.

Meski berhenti melukis, Nuada kini tidak benar-benar berhenti berkesenian. Ia justru terus mengumpulkan modal membangun museum ogoh-ogoh yang ia idamkan sejak 2012. Alhasil, keinginan itu terwujud.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih dari 30 ogoh-ogoh sudah ia koleksi dengan modal pribadi Rp 200 juta. Ia keliling daerah sampai ke Tabanan, Denpasar, Gianyar untuk membeli ogoh-ogoh terbaik menurut dia.

Saat detikBali datang, Nuada masih setia duduk di kursi santai sejak pagi sambil menunggui kotak donasi yang teronggok di depan museum, Minggu (2/7/2023). Museum tertutup kain hitam, tampak sepi, selain karena hujan deras yang bikin orang-orang malas bepergian.

ADVERTISEMENT

"Waktu 2012, saya tidak ada bikin acara potong pita. Saya buka tempat ini, setelah beberapa ogoh-ogoh bisa saya beli dari beberapa Banjar di desa dekat-dekat sini. Ada turis asing datang bilang ke saya, 'Ini bagus, kenapa tidak ajak turis lebih banyak ke sini," tutur Nuada mengawali perbincangan.

Pakai Dana Pribadi

Nuada mengoleksi 32 ogoh-ogoh bermacam karakter, mulai dari tokoh raksasa, tokoh pewayangan, sampai para dewa. Ia mengaku ide membuka museum ogoh-ogoh ini berawal dari rasa kasihan melihat ogoh-ogoh yang usai dipakai pawai dibuang begitu saja.

"Saya juga seniman, melihat banyak gedung kosong di Mengwi, apalagi desa wisata, harus ada sesuatu yang dikembangkan. Kebetulan dulu saat ada upacara melasti, saya lihat banyak ogoh-ogoh. Saya berpikir suatu saat saya akan beli, saya pajang jadi museum," ungkap Nuada.

Nuada mengumpulkan modal maksimal Rp 7 juta agar bisa mendapat satu ogoh-ogoh yang diminatinya. Total sudah Rp 200 juta.

Banyak aspek perlu dilihatnya sebelum membeli ogoh-ogoh. Nuada juga merasa beruntung ketika ada satu kelompok sukarela menitip ogoh-ogoh mereka untuk dipajang.

Pakai Gedung Bekas Perpusda

Nuada menyulap gedung bekas Perpustakaan Daerah Badung yang mangkrak bertahun-tahun setelah dapat izin dari desa. Pelan-pelan museum itu terbangun dan dikunjungi banyak turis.

"Gedung ini sudah hibah ke desa adat. Saya sewa per tahun. Tapi nggak ada ketentuan khusus, saya harus bayar berapa. Ya semampunya, lah, apalagi saya warga Desa Mengwi," tutur Nuada.

Tiket Seikhlasnya

Sejak 2012 dibuka, Nuada tidak memungut tiket. Pengunjung biasanya hanya berdonasi seikhlasnya. Nuada mengaku tidak berorientasi pada profit. "Karena kalau dikunjungi saja saya sudah senang," sebutnya.

Museum ogoh-ogoh ini akhirnya kerap dikunjungi turis asing yang sempat mampir ke Taman Ayun. Kebetulan lokasinya berdekatan sekitar 500 meter. Nuada mengeklaim museum ogoh-ogoh ini hanya ada satu di tempatnya, di Bali.

"Tamu-tamu mancanegara kan tidak perlu tunggu satu tahun biar bisa lihat ogoh-ogoh," sebut dia.

Nuada juga punya cita-cita membuka panggung atraksi khusus ogoh-ogoh. Menurutnya jika desa lain bisa kembangkan daya tarik wisata dengan atraksi Tari Kecak, Barong, dan Legong, tidak ada yang salah kalau mengembangkan atraksi ogoh-ogoh secara reguler.

"Saya berpikir bagaimana desa wisata kami ini bisa berkembang. Saya selalu dapat tantangan harus ada yang baru. Saya bayangkan kalau turis perlu waktu setahun bisa lihat ogoh-ogoh, sekarang kami bikinkan jadwal yang mereka bisa setiap saat nonton," pungkas Nuada.




(nor/hsa)

Hide Ads