Tantowi Yahya, mantan duta besar Indonesia untuk Selandia Baru, menilai Do's and Don'ts bagi turis asing yang diterbitkan Pemprov Bali akan membawa pengaruh. Salah satunya, membuat turis asing berpikir sebelum bertindak dan berperilaku nyeleneh di Pulau Dewata.
"Akan berpengaruh. Untuk beberapa saat, turis akan mikir untuk datang ke sini (Bali). Jadi, yang mau ke sini akan mikir (untuk berperilaku nyeleneh di Bali)," ujarnya, Kamis (8/6/2023).
Apabila pengaruhnya terhadap jumlah kunjungan turis dikhawatirkan menurun, ia menilai tidak jadi masalah. Sebab, ia meyakini jangka panjangnya, Bali akan dikunjungi oleh turis-turis yang berkualitas dan mau menghormati segala tata tertib di Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tantowi yang saat ini menjabat sebagai Presiden Komisaris Kura-kura Bali, kawasan ekonomi khusus (KEK) yang fokus pada edukasi, pariwisata, dan kesehatan, mengungkap bahwa turis yang datang ke Bali memang perlu diatur.
Apalagi, timbul stigma turis dapat santai melanggar aturan saat berlibur di Bali, seperti halnya di Phuket atau Hawaii.
"Itu kan ekspektasi mereka. Mereka mengira ini (Indonesia) negara santai, dia (turis) bisa telanjang, merokok mariyuana, dan segala macam. Saya kan lama di Pasifik, mereka (turis) memang inginnya begitu," terang Tantowi.
Tetapi, hal itu bisa dicegah dengan beragam peraturan yang selama ini telah dimiliki. "Tinggal masalahnya, pemerintah setempat menjalankan atau tidak? Selama ini kan memang hukum tidak hadir. Law enforcement-nya kurang, mereka dimanjakan," tutur dia.
Di samping itu, ia mengingatkan masyarakat lokal untuk ikut memberi contoh yang baik dengan memperhatikan Do's and Don'ts. Sehingga, turis asing secara tidak langsung mencontoh.
"Jadi, kita warga lokal juga punya peran. Kalau tidak mematuhi peraturan, maka turis-turis itu tinggal meniru saja. Makanya, bukan hanya tugas pemerintah, tapi rakyat juga harus memberi contoh yang baik," jelasnya.
Tantowi mencontohkan Selandia Baru, di mana turis asing cenderung takut untuk neko-neko. "Begitu ada turis ugal-ugalan, polisi di sana tidak nguber. Tapi, turis diuber oleh masyarakat. Akhirnya, turis nunduk dan patuh," ungkapnya.
(BIR/iws)