Menyesalkan Ulah Turis Asing di Pulau Dewata

Bule Cinta Bali

Menyesalkan Ulah Turis Asing di Pulau Dewata

Hanna Patricia M. Lubis, Annisa Anggraeni, Ni Luh Made Yari Purwani Sasih - detikBali
Rabu, 07 Jun 2023 20:01 WIB
Inisiator BaliSpirit Festival Meghan Pappenheim, Sabtu (6/5/2023).
Foto: Annisa Anggraeni/detikBali Inisiator BaliSpirit Festival Meghan Pappenheim, Sabtu (6/5/2023).
Denpasar -

Ulah turis asing -umumnya bule- di Bali menjadi sorotan warga Bali. Sejumlah bule dan tokoh turut menyesalkan maraknya tingkah wisatawan mancanegara selama pelesiran di Pulau Dewata.

Salah satunya adalah Meghan Pappenheim. Perempuan berusia 52 tahun ini prihatin dengan maraknya ulah turis asing di Bali.

Menurut Meghan, turis asing yang datang ke Pulau Dewata tidak mendapatkan informasi apapun mengenai budaya Bali. Informasi tentang tata krama yang perlu diperhatikan saat pelesiran juga tidak banyak tersedia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau saya pergi ke pura saya harus bersikap, bagaimana saya tahu? Sebab saya belajar itu. Namun, saat ini mereka hanya datang kemari tanpa informasi," tutur inisiator BaliSpirit Festival itu, Sabtu (6/5/2023).

Menurut Meghan, industri pariwisata Bali mendatangkan keuntungan finansial yang besar. Pemerintah pusat seharusnya menggunakan pendapatan dari sektor pariwisata itu untuk mengedukasi penduduk lokal maupun wisatawan yang datang ke Pulau Dewata.

ADVERTISEMENT
Jaen Couteau di rumahnya, Denpasar Utara, Denpasar, Bali, Kamis (4/5/2023).Jean Couteau di rumahnya, Denpasar Utara, Denpasar, Bali, Kamis (4/5/2023). Foto: Hanna Patricia M. Lubis/detikBali

Hal lain diungkapkan oleh budayawan Jean Couteau. Pria berdarah Prancis ini berpendapat maraknya ulah bule yang viral di media sosial merupakan dampak kejenuhan terhadap pariwisata.

Menurut Jean, tingkah polah pelancong dan reaksi warga Bali tak hanya terjadi baru-baru ini. Hanya saja, respons penduduk setempat terhadap orang asing itu semakin riuh karena dibawa ke media sosial.

"Sesungguhnya tahun 70-an atau sekitar 80-an lebih parah (tingkah) orang bule yang ada di Bali. Tetapi pada waktu itu pariwisata tengah booming dan belum menjalani fenomena kejenuhan terhadap pariwisata," imbuh pria berusia 78 tahun itu.

Jean berpendapat warganet di Indonesia kini melabeli seluruh bule sebagai 'pengacau'. Padahal, yang berulah itu hanya segelintir bule, umumnya WNA asal Rusia dan Ukraina yang kini sedang berkonflik.

"Mereka (warganet) main keroyok lewat media sosial, memainkan isu identitas, tak bisa membedakan warga Rusia dengan Australia. Pokoknya bule," ujarnya.

Jean berpesan agar tingkah ngawur segelintir bule tidak disikapi dengan menyulut isu identitas hingga menimbulkan gesekan. Ia juga meminta pemerintah dan para influencer media sosial menyikapinya dengan kepala dingin.

"Jangan terlalu didramatisir. Sebab, jika turis tidak akan datang lagi, maka ekonomi akan bangkrut," tuturnya Rabu (17/5/2023).

Guru Besar Universitas Udayana I Nyoman Darma Putra setali tiga uang. Dia menyesalkan maraknya turis asing yang ngawur di Bali. Menurut dia, wisatawan mancannegara seharusnya menghormati budaya Bali.

Warga Bali, Darma melanjutkan, juga seharusnya menghormati WNA yang berkelakuan baik. Ia mengingatkan agar warga Bali dan turis asing saling introspeksi diri demi menciptakan pariwisata yang aman dan nyaman.

"Selain itu tentu juga aparat keamanan, para pengusaha, (agar) selalu bekerja sama untuk memastikan bahwa hal yang tidak baik itu bisa dicegah atau dihindari untuk tidak terjadi," tutur Ketua Program Doktor Kajian Budaya Unud itu.

Lantas apakah ada WNA yang bisa berkolaborasi dengan penduduk Bali? Baca selengkapnya di sini.

Darma Putra menuturkan tidak semua orang asing berulah di Bali. Bahkan, sejumlah WNA berkontribusi dalam perkembangan pariwisata dan kebudayaan Pulau Dewata.

Darma menuturkan andil orang asing itu dapat dilacak sejak masa kolonial. Peran dan karya mereka bahkan masih dirasakan manfaatnya hingga kini, termasuk oleh orang Bali.

"Ada banyak sekali warga negara asing yang berkontribusi untuk perkembangan kesenian dan kebudayaan di Bali. Peninggalannya pun masih bisa dinikmati sampai sekarang. Kita rindu hal-hal seperti itu, sehingga Bali bisa terus berkembang mengikuti zaman," tuturnya.

Darma mencontohkan pembangunan Museum Bali. Menurut dia, inisiatif tersebut datang dari orang Belanda yang dikerjakan oleh tenaga lokal. Hingga kini, museum tersebut terus dikembangkan, menjadi tempat dari sekumpulan artefak kebudayaan dan peninggalan sejarah yang akhirnya menjadi daya tarik wisata.

"Kemudian juga ada nama-nama seperti Roelof Goris dan juga Walter Spies yang belakangan ikut membantu mengatur dan menyeleksi koleksi yang dipamerkan di museum," tutur dosen yang produktif menulis dan menjadi editor banyak buku tentang sastra hingga pariwisata Bali itu.

Walter Spies, Darma Putra melanjutkan, merupakan WNA asal Jerman yang pernah menetap di Ubud setelah diundang oleh Raja Ubud, Tjokorda Gde Agung Sukawati. Karya Spies juga tampak jelas ketika ia bekerja sama dengan Wayan Limbak dari Bedulu, Gianyar, dalam menata kembali seni kecak.

Pertunjukan kolosal yang melibatkan puluhan penari pria bertelanjang dada sembari mengucapkan "cak... cak... cak..." itu akhirnya menjadi seni hiburan seperti sekarang. "Banyak yang senang menonton kecak. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa itu (Tari Kecak) adalah hasil kolaborasi WNA, yaitu Walter Spies Wayan Limbak," imbuhnya.

Berikutnya, Rudolf Bonnet, seorang pelukis asal Belanda yang datang ke Bali pada 1929. Bonnet tinggal di Ubud dan melakukan kerja sama dengan Tjokorda Gde Agung Sukawati dalam mendirikan persatuan seniman Bali Pita Maha.

"Rudolf Bonnet bersama dengan Tjokorda Gde Agung Sukawati mendirikan organisasi seniman Pita Maha yang mengatur bagaimana seniman-seniman tahun 30-an harus berkarya dengan baik dan menyimpan karya-karya masterpieces, kemudian menjadi koleksi dari museum seni lukis Bali klasik di Ubud (Museum Puri Lukisan)," tutur penulis buku Tourism Development and Terrorism in Bali itu.

Artikel ini ditulis oleh Hanna Patricia M. Lubis, Annisa Anggraeni, dan Ni Luh Made Yari Purwani Sasih peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Bule di Bali Pura-pura Ditabrak Lalu Todongkan Pisau-Jambret HP WNI"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/gsp)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali

Hide Ads