Perangi Sampah ala Sungai Watch

Bule Cinta Bali

Perangi Sampah ala Sungai Watch

Niluh Pingkan Amalia - detikBali
Kamis, 25 Mei 2023 15:12 WIB
Gary Bencheghib di Gudang Mangrove, Denpasar, Bali, Senin (8/5/2023). Gary merupakan penggagas komunitas Sungai Watch,
Foto: Niluh Pingkan Amalia Pratama Putri/detikBali Gary Bencheghib di Gudang Mangrove, Denpasar, Bali, Senin (8/5/2023). Gary merupakan penggagas komunitas Sungai Watch.
Jakarta -

Gary Bencheghib menceburkan dirinya ke sebuah sungai yang dipenuhi sampah plastik di kawasan Sanur, Denpasar. Sungai yang keruh kehitaman itu dipenuhi banyak sampah.

Bau busuk menguar dari sungai tersebut. Aromanya membuat rekan Gary hampir muntah.

Gery dan relawan Sungai Watch telah terbiasa menceburkan diri saat bersih-bersih sungai. Pria berdarah Prancis itu merintis komunitas Sungai Watch sejak 2020 karena ia terusik dengan masalah sampah di Bali.

"Setiap hari saya bangun tidur, saya mulai bertekad untuk melakukan hal-hal baik untuk lingkungan kita, Bali kita, Indonesia kita," kata pria yang akrab disapa Bli Gary kepada detikbali di Denpasar, Senin (8/5/2023).

Sungai Watch terbentuk tak lepas dari pengalaman Gary dan adiknya, Sam Bencheghib. Abang adik itu membuat perahu dari sampah botol bekas pada 2017. Perahu tersebut digunakan untuk mengarungi Sungai Citarum, Jawa Barat, dan membersihkan sampah di sepanjang sungai berpredikat sungai terkotor di dunia.

Pengalaman selama dua pekan tersebut membekas bagi Gary. "Kami tidak bisa menahan tangis ketika itu," tutur pria berusia 28 tahun tersebut.

Station Gudang Mangrove yang dibangun oleh Sungai Watch, Denpasar, Bali, Senin (8/5/2023).Station Gudang Mangrove yang dibangun oleh Sungai Watch, Denpasar, Bali, Senin (8/5/2023). Foto: Niluh Pingkan Amalia Pratama Putri/detikBali



Tiga tahun kemudian, Gary mendirikan Sungai Watch. Gerakan bersih-bersih sampah di sungai itu menjadi salah satu cara Gary untuk menjaga tanah Bali.

Nama Sungai Watch disematkan dengan tujuan agar masyarakat ikut mengawasi sungai. "Sehingga orang-orang tidak lagi membuang sampah ke sungai," ujar Gary.

Gary mengungkapkan sebanyak 80 persen sampah yang ada di laut datang dari sungai. Oleh karena itulah, sungai harus dijaga agar terbebas dari sampah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bali saat ini jadi seperti pulau plastik. Setiap musim penghujan, banyak sekali sampah plastik yang kita temui di berbagai tempat. Apalagi di kawasan wisata seperti Pantai Kuta dan Sanur," imbuh pria yang telah 20 tahun menetap di Bali ini.

Gary dan tim Sungai Watch menggunakan metode perintang sampah untuk membersihkan sungai. Kini, ratusan jaring sampah telah dipasang di berbagai sungai di Jawa dan Bali.

"Selama 2,5 tahun, volume sampah yang terkumpul sebanyak lebih dari satu juta kilogram. Tapi jika kita ingin mewujudkan Indonesia yang benar-benar bersih dari sampah, tentu kita membutuhkan ribuan (perintang sampah)," tutur putra dari pasangan Malik dan Catherine Benchegib.

Sungai Watch kini memiliki 89 pekerja yang digaji setiap bulannya. Ratusan relawan juga bergabung setiap bulannya untuk membantu gerakan bersih-bersih sungai dari sampah.

Bagaimana Gary dan Sungai Watch mengolah sampah dari sungai? Baca selengkapnya di sini.

Sungai Watch juga memiliki banyak station. Tempat pemilahan sampah untuk mendukung program daur ulang tersebut tersebar di Bali dan Pulau Jawa.
"Sudah ada beberapa station yang tersebar hingga saat ini, mulai dari Buleleng, Denpasar, Gianyar, Tabanan, Badung, hingga Banyuwangi," papar Gary.

Gary menerangkan Sungai Watch baru saja membuka station di Gudang Mangrove, Denpasar, Senin lalu (8/5/2023). Pembukaan tempat pemilahan sampah juga akan dibuka di Buleleng.

Relawan Sungai Watch membersihkan sampah setiap hari di station Gudang Mangrove, Denpasar. Setelah dibersihkan, sampah tersebut diolah menjadi barang-barang bernilai ekonomi seperti meja, kursi dan tempat sampah.

Sungai Watch Station di Gudang Mangrove, Denpasar, Bali, Senin (8/5/2023).Sungai Watch Station di Gudang Mangrove, Denpasar, Bali, Senin (8/5/2023). Foto: Niluh Pingkan Amalia Pratama Putri/detikBali

Bahkan, untuk menunjukkan sampah plastik masih bisa bermanfaat, Gary menyusun 35 ribu botol plastik menjadi rumah seluas 12 meter di Tabanan, Bali. Ia sudah menempati rumah tersebut selama tiga bulan dan akan pindah setelah menikah.

"Kita bisa untuk memanfaatkan sampah yang ditemui untuk didaur ulang," kata Gary.

Manager Station Gudang Mangrove Denpasar Made Ani Mahetri mengatakan kegiatan bersih-bersih dilakukan setiap hari. Namun, pemilahan sampah hanya dilakukan pada Rabu dan Jumat.

"Rabu, penyortiran dilakukan selama dua jam, sedangkan Jumat penyortiran dilakukan full day dari pukul 07.00 hingga 15.00 Wita," ungkap perempuan berusia 51 tahun tersebut.

Artikel ini ditulis oleh Niluh Pingkan Amalia Pratama Putri peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kala Alun-alun Bogota Jadi Lautan Botol Plastik"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/gsp)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads