Ulah sejumlah warga negara asing (WNA) di Bali belakangan menjadi sorotan. Misalkan, tingkah seorang warga negara (WN) Jerman, Darja Tuschinski.
Turis asing itu viral di media sosial lantaran telanjang saat pertunjukan tari Bali di Puri Saraswati, Ubud. Setelah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, perempuan berusia 28 tahun itu dideportasi ke Jerman pada pukul 00.05 Wita, Kamis (1/6/2023).
Ada juga bule Denmark berinisial CAP yang viral karena mengangkang dan memamerkan kemaluannya. Perempuan yang tinggal di sebuah penginapan di kawasan Legian, Kuta, Badung, Bali, itu menjadi tersangka dan dijerat dengan Undang-Undang (UU) Pornografi. Belakangan, ia mengalami depresi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ulah para wisatawan mancanegara (wisman) itu membuat Gubernur Bali Wayan Koster geram. Dia mengumpulkan bupati dan wali kota se-Bali untuk mengantisipasi ulah turis asing, sebagian besar bule.
Koster kecewa dan malu lantaran belakangan banyak ulah pelancong asing yang mencoreng pariwisata Bali. "Seakan-akan kita ini tidak melakukan apa-apa. Dan memang benar saya melihat di kabupaten/kota tidak melakukan banyak hal, pembiaran," amuk politikus PDI Perjuangan itu di Kantor Gubernur Bali, Rabu (31/5/2023).
Koster menerbitkan Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2023 tentang Tatanan Baru bagi Wisatawan Mancanegara Selama Berada di Bali. SE tersebut mulai berlaku Rabu (31/5/2023) sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.
Surat Edaran itu menjabarkan hal-hal yang diwajibkan dan dilarang (do's and don'ts) oleh wisatawan asing saat berkunjung ke Pulau Dewata. Misalkan, turis asing wajib memuliakan kesucian pura, pratima, dan simbol-simbol keagamaan yang disucikan; menghormati adat istiadat dan kearifan lokal masyarakat Bali.
Wisman dilarang memanjat pohon yang disakralkan, menodai tempat suci, berperilaku tidak sopan, hingga menyebarkan ujaran kebencian. Selain itu, turis asing juga dilarang melakukan kegiatan bisnis ilegal.
Di tengah riuh ulah turis asing ngawur itu, masih ada sederet bule yang berbuat baik untuk perkembangan pariwisata dan kebudayaan Bali.
Siapa saja bule yang berkontribusi bagi warga sekitar? Baca selengkapnya di sini.
"Selama 2,5 tahun, volume sampah yang terkumpul sebanyak lebih dari satu juta kilogram. Tapi jika kita ingin mewujudkan Indonesia yang benar-benar bersih dari sampah, tentu kita membutuhkan ribuan (perintang sampah)," tutur putra dari pasangan Malik dan Catherine Benchegib itu.
Gary menyematkan nama Sungai Watch agar masyarakat ikut mengawasi sungai. "Sehingga orang-orang tidak lagi membuang sampah ke sungai," ujar pria berusia 28 tahun tersebut.
Vaughan Hatch beda lagi. Pria asal Selandia Baru itu sudah 26 tahun menetap di Pulau Dewata. Ia lebur dengan kebudayaan Bali, khususnya karawitan.
"Saya jatuh cinta dengan suara gamelan langka di Bali seperti semarpagulingan, selonding, palegongan, dan gender wayang," tutur pria berusia 48 tahun itu.
Kecintaan Vaughan pada budaya Bali juga membuat dia menikah dengan Ni Putu Evie Suyadnyani. Mereka memutuskan berumah tangga dan Vaughan memiliki nama Bali Wayan Pon Smara.
Bersama istrinya, Vaughan mendirikan sebuah sanggar bernama Mekar Bhuana Centre pada 2000. Ia mendokumentasikan hingga merepatriasi gamelan langka di Bali.
"Untuk merekonstruksi kembali gamelan yang sudah punah melalui rekaman suara, video, maupun ingatan sesepuh," imbuh Vaughan.
Sanggar asuhan Vaughan dan sang istri beberapa kali pentas sembari memperkenalkan karawitan dan tari Bali di luar negeri. Salah satunya, di Stasiun Utama Kota Wellington dan Bandara Wellington, Selandia Baru.
Lain lagi dengan Jean Couteau. Pria berkebangsaan Prancis yang cukup intens bersentuhan dengan kebudayaan Bali mutakhir. Jean dikenal sebagai seorang kurator, sejarawan seni, dan akademisi yang menetap di Pulau Dewata sejak 1975.
Selain melukis, ia juga produktif menulis esai dan buku tentang seni, politik, dan juga kebudayaan Bali. Salah satu buku yang dia tulis dan terbit pada 2017 berjudul "Myth, Magic, and Mystery in Bali".
Melalui buku tersebut, Jean menarasikan anekdot dan sikap orang Bali terhadap kehidupan, pernikahan, tradisi, dan masalah sehari-hari lainnya. "Saya banyak menulis buku tentang Bali, tentang konsep waktu hingga mitos-mitos di Bali," tutur Jean saat ditemui di rumahnya di Denpasar, Kamis (4/5/2023).
Pembaca detikBali, kami merangkum kisah tentang sejumlah bule di Pulau Dewata yang kiprahnya bisa menginspirasi. Cerita mereka bak oasis di tengah maraknya turis asing yang berbuat onar di Bali. Selamat membaca!
1.
Baca juga: Perangi Sampah ala Sungai Watch |
2.
3.
4.
5.
Baca juga: Menyesalkan Ulah Turis Asing di Pulau Dewata |
Simak Video "Video: Bule di Bali Pura-pura Ditabrak Lalu Todongkan Pisau-Jambret HP WNI"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/gsp)

Koleksi Pilihan
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali