Pura Agung Jagatnatha Direnovasi, Pemedek Dianjurkan Bersembahyang Sore

Denpasar

Pura Agung Jagatnatha Direnovasi, Pemedek Dianjurkan Bersembahyang Sore

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Minggu, 07 Mei 2023 19:09 WIB
Petugas tengah melakukan renovasi pada beberapa area Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Minggu (7/5/2023). (Ni Made Lastri Karsiani Putri-detikBali)
Foto: Petugas tengah melakukan renovasi pada beberapa area Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Minggu (7/5/2023). (Ni Made Lastri Karsiani Putri-detikBali)
Denpasar -

Pura Agung Jagatnatha Denpasar tengah direnovasi sejak 17 Maret lalu. Demi kenyamanan, pemedek dianjurkan bersembahyang dari sore hari hingga malam hari, mengingat renovasi ini melibatkan alat berat.

"(Persembahyangan diarahkan) Untuk hari biasa dari pukul 16.00-20.00 Wita. Kalau rahinan dan hari besar, persembahyangan bisa sampai pukul 22.00 Wita," kata Pemangku Jan Banggul atau pemimpin Pemangku di Pura Agung Jagatnatha Kota Denpasar Ida Bagus Saskara, Minggu (7/5/2023).

Selama renovasi, jelasnya, persembahyangan dilakukan di area ajeng mandala. Jro Mangku Saskara menyebutkan, kuota pemedek di Pura Agung Jagatnatha Denpasar selama renovasi berkisar 30 orang. Sebelum renovasi, pura bisa menampung 500 orang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama renovasi, bangunan Padmasana di pura tersebut tetap dipertahankan seperti semula. Selain memiliki nilai historis, material batu karang untuk bangunan itu juga sulit didapat.

"Kemungkinan ke depannya, bangunan ini juga akan dijadikan cagar budaya. (Bangunan ini juga merupakan) Histori sejarah awal pembangunan Pura Jagatnatha, makanya tidak dipugar," terangnya. Selain itu, bentuk Padmasana agak berbeda dari pura-pura di Bali

ADVERTISEMENT

Bagian lain yang tidak direnovasi adalah dapur atau Bale Pawaregan dan perpustakaan. Bangunan-bangunan ini hanya mendapat sedikit perbaikan.

"Jadi, yang direnovasi hanya pagar penyengker, Bale Gong, Bale Wantilan, Bale Pewedan, Bale Kulkul, dan beberapa bagian lainnya. Kalau di bagian Ajeng tidak ada renovasi," katanya.

Selain itu, tak lagi memiliki area kamar mandi karena dianggap kurang baik bila berada di kawasan suci pura. Sebelumnya, Pura Jagatnatha memiliki tiga kamar mandi.

"Nanti Bale Pesantian akan dibuat baru dengan tujuan sekaa santinya terpisah dari Bale Pewedan, sehingga tidak menggangu konsentrasi Sulinggih mepuja. Bale Pewedan juga akan diperluas karena kalau nanti ada upacara besar pelaksanaannya bisa dilakukan Tri Sadaka," ujarnya.

Selain itu, sambung Jro Mangku Saskara, pelinggih-pelinggih penyawangan Pura Agung Besakih, Pura Uluwatu dan Pura Uludanu Songan Kintamani dan Sapta Petala juga telah dijadikan satu di Ajeng.

"Pemugaran direncanakan sampai Oktober 2023 dan sebelum piodalan di Purnama Kelime sudah harus selesai. Jadi, nanti langsung dilaksanakan upacara melaspas," sebutnya.

Untuk diketahui, rencana pemugaran Pura Jagatnatha menggunakan pagu anggaran senilai Rp 15,4 miliar dengan nilai kontrak sebesar Rp 12,3 miliar.

Disinggung perihal sejarah dari Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Jro Mangku Saskara menuturkan, Pura tersebut merupakan tempat pemujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Hyang Jagat Natha atau Penguasa Jagat Raya.

Kata 'natha' dalam bahasa Sansekerta di samping berarti raja, juga pertolongan atau perlindungan.

Kemudian, pembangunan pura ini tak terlepas dari prakarsa alinarhum Kapten TNI I Gusti Ngurah Pindha, B.A., sewaktu bertugas di Kodam XVI/Udayana bersama-sama dengan Kepala Jawatan Rohani Hindu Daerah Militer (Kerohindam) XVI/Udayana Letnan TNI (Tituler) Ida Pedanda Gede Wayan Sidemen (alm) dan Letnan TNI I Wayan Merta Suteja yang sama-sama dari Kodam XVI/Udayana.

Singkat cerita, pada 13 Mei 1968, tepatnya di bulan Purnama Jyestha digelarlah upacara Pemelaspas Alit untuk dapat dilangsungkan Piodalan Alit yang pertama kalinya.

Sementara itu, tidak ada yang tahu pasti tinggi dari Pelinggih Padmasana atau lambang alam semesta di Pura Agung Jagatha.

Pada puncak Padmasana tersebut terdapat gambar Aciritya atau Tintya berwana kuning. Dahulu, lambang Tuhan yang menempel di pucak bangunan Padmasana itu dilapisi emas. Lantaran disatroni maling, kini hanya dicat prada.

Di samping Padmasana juga berdiri dua pelinggih yang disebut Tajuk berdiri di kiri-kanan dan pelinggih tempat bersemayamnya Ratu Niang berdiri di timur laul.

Di situ juga ada pelinggih tempat berstananya Dalem Karang dan Ratu Made.

Seperti umumnya di pura yang lain, di Pura Agung Jagatnatha Denpasar juga terdapat bale kulkul, pamiyosan, bale paselang, bale gong, candi bentar dan kori agung atau pemedal agung, dan pada luar pura terdapat dua buah pelinggih Panglurah.




(efr/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads