Sekitar 1.300 ekor ternak babi di Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali, mati mendadak. Kematian massal babi ternak tersebut terjadi periode Maret-April 2023.
Perbekel Desa Bila Ketut Citarja Yudiarda membenarkan informasi tersebut ketika dikonfirmasi, Selasa (2/5/2023). Namun, dia mengaku belum mengetahui penyebab kematiannya.
"Akhir Maret sampai April wabah lagi. Malahan sudah sekitar 1.300 ekor babi yang mati," ujar Yudiarda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebut ternak babi yang mati, kebanyakan berasal dari perusahaan peternakan yang ada di desanya. Ribuan ternak tersebut mati secara bertahap mulai dari puluhan ekor hingga puncaknya ribuan ekor babi.
"Sekarang ini boleh dikatakan sudah tidak ada bibit di sana. Karena sudah mati semua, termasuk masyarakat peternak lokal banyak juga yang menderita kerugian akibat wabah penyakit yang kemarin," jelasnya.
Yudiarda pun mengimbau perusahaan peternakan agar menaati aturan beternak babi. Sebab, pada 2020 lalu sempat ada wabah yang sama. Ketika itu, babi yang mati sekitar 1.800 ekor.
Perusahaan itu, kata dia, sampai vakum selama tiga tahun. Lalu kembali aktif beroperasi pada tahun ini.
"Perusahaan semestinya melakukan kajian ulang tentang tata kelola limbahnya. Begitu disarankan oleh dinas lingkungan hidup (DLH)," terang dia.
"Kami sebagai kepala desa tetap mengimbau perusahaan peternakan agar mentaati segala jenis peraturan yang ada agar semua bisa terakomodasi," tutur Yudiarda.
Sementara itu, Darsana (69), peternak babi di Desa Bila menyebut hampir semua babi yang diternaknya terjangkit wabah. Ia mengeklaim hanya tersisa satu ekor yang tidak terjangkit.
Itu pun, buru-buru ia jual murah sebelum ternak babinya mati. "Saya pelihara 14 ekor. Satu ekor yang tidak kena. Yang masih bertahan dijual dengan harga murah," ungkap Darsana kepada detikBali, Selasa.
Adapun gejala yang dialami oleh babi ternaknya diawali nafsu makan yang berkurang, hingga bertahan tidak makan sama sekali, hanya minum air saja.
"Enam sampai satu minggu bertahan. Tapi peternak yang lain, ada yang kemarinnya bisa makan, tapi besoknya sudah mati, beda-beda," katanya.
Menurutnya, ada banyak peternak sekitar yang mengalami hal serupa. Ia mengaku menderita kerugian Rp 30 juta. "Saya harap ke depan ada bantuan vaksin untuk mengatasi wabah ini, terutama kan obatnya atau vaksinnya pencegahannya itu yang kami harapkan," pungkasnya.
(BIR/BIR)