Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Buleleng menyiapkan ruangan rawat inap dan tenaga kesehatan ahli untuk mengantisipasi apabila ada kasus Meningitis Streptococcus Suis (MSS). Direktur Utama (Dirut) RSUD Buleleng Arya Nugraha mengatakan kasus MSS di Buleleng saat ini nihil kasus.
"Kalau radang otak karena babi saat ini belum ada, tapi kalau karena penyebab lain ada, bakteri atau virus selain meningitis suis/babi," kata Dirut RSUD Buleleng Arya Nugraha, Minggu (30/4/2023).
Meski begitu, RSUD Buleleng tetap melakukan langkah antisipasi seperti menyediakan ruang rawat inap. Kapasitas rawat inap yakni 12 bed yang berlokasi di ruang sandat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Arya mengaku juga sudah menyediakan obat-obatan serta tenaga kesehatan yang terdiri dari tiga orang dokter ahli saraf serta 12 orang tenaga ahli terlatih.
"Sudah siap, dalam hal ruangan, obat-obatan, dan SDM. Kami punya ruang rawat inap kasus saraf dan stroke, total 12 bed di ruang sandat. Ahli saraf tiga orang, nakes terlatih 12 orang," jelas Arya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng I Gede Artamawan menerangkan penyakit yang notabene bukan termasuk baru ini erat hubungannya dengan resiko konsumsi olahan daging yang tidak dimasak sempurna (mentah). Sehingga menginfeksi selaput otak dan sumsum tulang belakang.
Menurutnya, penyakit yang dikategorikan sebagai zoonosis (penyakit yang langsung ditularkan oleh hewan) ini memiliki tingkat kematian (fatality rate) sekitar 3-10 % yang dinilai belum sefatal dari tingkat kematian penyakit yang ditularkan virus rabies.
Meskipun tingkat kematian tergolong kecil dipastikan akan menyisakan gejala-gejala lanjutan kepada pasien contohnya gangguan pendengaran.
"Kondisi ini terjadi karena bakteri Streptococcus yang ditemukan pada olahan daging babi dan darah babi yang mentah dan bila dikonsumsi, dan efek yang ditimbulkannya pun setelah sembuh menyerang saraf-saraf dan sering terjadi yaitu saraf pendengaran," katanya.
Dengan adanya penyebaran penyakit ini, Dinkes Buleleng sendiri gencar melakukan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) mkepada masyarakat untuk mengonsumsi daging babi sesuai standar. Yakni dimasak pada suhu lebih dari 70 derajat celcius.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat agar tidak takut memelihara serta mengonsumsi daging babi karena tidak semua kasus meningitis dipicu oleh daging babi. Namun, untuk mengantisipasi alangkah baiknya tetap memperhatikan teknik pengolahan yang benar sesuai ketentuan.
"Seperti yang kita ketahui daging itu kan sumber protein yang baik apalagi untuk tumbuh kembang anak, maka dari itu pengolahan yang baik itu penting sehingga penyakit dalam daging itu tidak ada dan juga kita dapat manfaatnya," pungkasnya.
(nor/hsa)