Seluruh alat berat untuk pengelolaan sampah residu di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bengkala di Kabupaten Buleleng rusak. Akibatnya, proses pengiriman sampah tersendat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng Gede Melandrat mengatakan sampah residu dikelola dengan metode control refill, yaitu meratakan sampah yang ditumpuk untuk kemudian ditutup dengan tanah.
Namun karena tiga alat berat rusak, proses pengelolaan sampah pun menjadi terhambat. "Sudah dua minggu ini (rusak)," tuturnya ditemui detikBali, Selasa (18/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai sekarang, kami menunda sampah yang ada di desa-desa. Kami menunda dulu pengiriman sampah ke TPA Bengkala. Tapi, ini tidak bisa lama-lama," lanjutnya.
Adapun, rata-rata sampah yang dikirim dari kawasan kota dan desa per harinya mencapai 150 ton. Diperkirakan, jumlahnya bertambah 5 ton saat momentum hari raya.
Padahal, saat ini saja kondisi TPA Bengkala boleh dibilang melebihi kapasitas (overload), dengan ketinggian tumpukan sampah mencapai 18 meter.
"Posisi tumpukan sampah pada ketinggian 18 meter. Cukup memprihatinkan, sudah overload. Semoga ke depan atau tahun depan melalui PAD kami bisa mengajukan alokasi perluasan lahan," imbuh dia.
Melandrat mengaku sempat memperbaiki dua alat berat. Tapi, alat berat kembali rusak. Alhasil, ia masih menunggu pesanan onderdil dari pihak ketiga, yang tentunya butuh waktu.
"Karena sparepart (onderdil) tidak ada di Buleleng, jadi kami berkoordinasi dengan pihak ketiga. Tentu, ini menghambat perbaikan. Mudah-mudahan bisa segera kami perbaiki," ungkapnya.
Melandrat menilai idealnya, TPA Bengkala memiliki lima alat berat untuk pengelolaan sampah. "Tiga ini sangat tidak ideal. Idealnya, lima alat berat," tandasnya.
(BIR/hsa)