Dalam seminggu terakhir, tercatat ada tiga kasus paus terdampar di Bali. Ketiga paus tersebut yakni Paus Bryde di Pantai Batu Lumbang, Kabupaten Tabanan pada Sabtu (1/4), Paus Sperma di Pantai Yeh Malet, Kabupaten Karangasem pada Rabu (5/4), dan Paus Sperma di Pantai Yeh Leh, Kabupaten Jembrana pada Sabtu (8/4).
BKSDA Ungkap Penyebab Terdampar
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bali R Agus Budi Santosa membeberkan fenomena paus mati terdampar di sejumlah pantai di Bali. Ada lima penyebab banyak paus mati terdampar tersebut.
Yakni laut Bali menjadi jalur migrasi tahunan mamalia laut, diduga adanya kebisingan suara di laut, perubahan cuaca ekstrem, perubahan kontur laut dan arus, serta bencana alam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut berdasarkan penelitian paus yang dilakukan BKSDA sebelum-sebelumnya. Agus menyebut BKSDA sudah melakukan nekropsi (bedah mayat) dan beberapa sampel jaringan sedang dicek di laboratorium Universitas Airlangga, Surabaya.
"Dari hasil-hasil penelitian yang saya baca ada beberapa hal yang dapat memengaruhi terdamparnya mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba. Di antaranya kebisingan suara di laut yang mempengaruhi sonar," kata Agus dalam keterangannya, Minggu (9/4/2023).
Ia mencontohkan kejadian seperti yang terjadi di laut Bahamas, Amerika Serikat pada 2000. Di mana ditemukan paus yang terdampar dan diduga penyebabnya akibat pengaruh suara dari sonar yang digunakan oleh Angkatan Laut (AL).
Bukti-bukti lainnya, yakni dari pengaruh sonar yang dihasilkan ini disebutkan oleh Vonk and Martin (1989), Simmonds and Lopez-Jurado (1991), Frantzis (1998), dan Frantzis and Cebrian (1999).
"Mereka menganggap bunyi keras yang ditimbulkan oleh aktivitas militer ini telah menyebabkan terdamparnya paus jenis beaked di Pulau Canary dan Laut Ionia,"paparnya.
Selain itu, paus jenis sperma mengalami perubahan kelakuan dalam vokalisasi dalam merespons sonar ini. Penyebab lain diduga karena perubahan cuaca ekstrem serta perubahan kontur laut dan arus.
"Kemudian yang kedua perubahan cuaca ekstrem dan perubahan kontur laut dan arus yang ekstrem. Di mana salah satu contohnya terjadi di Purbalingga pada 2016 ada 32 ekor paus terdampar dalam waktu yang berdekatan," imbuhnya.
Selain itu, juga akibat bencana alam. Paus memiliki naluri terhadap bencana alam. Mereka akan mencari tempat berlindung yang menyebabkan tersesat.
Agus mengakui penemuan Paus Sperma yang terdampar di Jembrana pada Sabtu sore (8/4/2023), baru akan dilakukan nekropsi untuk mengambil sampel organ pada hari ini Minggu (9/4/2023) dan setelahnya akan dikubur.
Yang perlu juga dipahami, perairan Bali merupakan jalur migrasi tahunan mamalia laut besar termasuk paus sperma. "Mayoritas ikan dan mamalia laut mengikuti upwelling arus hangat yang kaya akan plankton ini," pungkas dia.
Diduga Mati karena Sakit
Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Permana Yudiarso mengungkap dugaan penyebab beberapa paus terdampar di pesisir Bali. Ia menyebut fenomena tersebut terjadi karena paus diduga menderita sakit.
"Masih dugaan, yang pertama di Tabanan kami belum tahu, tetapi karena sakit," katanya saat dihubungi detikBali, Minggu (9/4/2023).
![]() |
BPSPL Bali telah melakukan nekropsi paus di Karangasem. Hasilnya ditemukan beberapa penyakit yang diduga menjadi penyebab kematian paus yang terdampar di Pantai Yeh Malet.
Pencernaan Paus di Yeh Malet Penuh Cacing
Dari hasil nekropsi paus yang terdampar di Pantai Yeh Malet terungkap pencernaan paus tersebut penuh cacing.
"Kami kemarin telah melakukan nekropsi di Karangasem, di Yeh Malet, temuan kami itu ada peradangan di paru-paru. Kedua, ada masalah di saluran pencernaan seperti diare kalau di manusia, dan ketiga ditemukan cacing-cacing di saluran pencernaan," jelasnya.
![]() |
Hasil temuan tersebut masih diuji ke laboratorium. Dokter hewan juga akan melakukan analisis untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
"Ini lagi diuji di lab hasilnya seperti apa nanti, dokter hewan menganalisis penyebab kematian, dugaan sakit tapi sakitnya seperti apa, itu kami menunggu konfirmasi," ujarnya.
Butuh 4 Minggu Ungkap Sebab Kematian
Untuk itu, ia belum bisa memastikan penyebab utama kematian paus-paus tersebut. Menurutnya, membutuhkan waktu sekitar tiga sampai empat minggu untuk mengetahui hasilnya.
"Kami masih tunggu hasil laboratorium, sehingga kami bisa menemukan kira-kira penyebabnya apa, secara ilmiah ya, bukan dugaan. Nanti juga ada keterangan resmi dari Kementerian Kelautan," tandasnya.
Yudi pun mengungkap tidak menutup kemungkinan paus mati terdampar di pesisir Bali disebabkan cuaca ekstrem, bencana alam, dan polusi air.
(hsa/nor)