Banyak Paus Terdampar Disusul Gempa Bumi di Bali, Ini Penjelasan BMKG

Denpasar

Banyak Paus Terdampar Disusul Gempa Bumi di Bali, Ini Penjelasan BMKG

Noviana Windri - detikBali
Senin, 10 Apr 2023 11:27 WIB
Proses nekropsi bangkai paus terdampar di pesisir Pantai Yeh Leh, Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali, Minggu (9/4/2023).
Paus mati terdampar di pesisir Pantai Yeh Leh, Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali, Minggu (9/4/2023). Foto: I Putu Adi Budiastrawan/detikBali
Denpasar -

Sebanyak tiga paus mati terdampar di tiga pantai di Bali dalam sepekan terakhir, terhitung sejak Sabtu (1/4/2023) hingga Sabtu (8/4/2023). Bali lalu diguncang gempa berkekuatan magnitudo 5,0, Senin (10/4/2023).

Lantas apakah ada kaitannya kasus paus mati terdampar dengan tanda-tanda akan ada gempa bumi di Bali?

Trisna Malia Staff Pusat Gempa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Regional III Denpasar menegaskan tidak ada hubungan langsung antara paus terdampar dan gempa bumi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Paus dapat terdampar karena berbagai alasan, seperti gangguan pada sistem navigasi mereka, perubahan kondisi lingkungan laut, atau masalah kesehatan," jelasnya saat dikonfirmasi detikBali, Senin siang.

Lebih lanjut, Trisna menyebut gempa bumi terjadi ketika terjadi pergeseran lempeng tektonik atau aktivitas geologis lainnya di bawah permukaan bumi. Namun, ada beberapa teori yang menyatakan suara yang dihasilkan oleh gempa bumi di bawah laut dapat memengaruhi perilaku paus.

ADVERTISEMENT

"Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa suara gempa bumi dapat mempengaruhi navigasi paus dan memicu mereka untuk terdampar. Namun, hal ini belum bisa dijadikan acuan bahwa kejadian paus terdampar beberapa hari belakangan diakibatkan gempa bumi," paparnya.

Sebelumnya, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bali R Agus BudiSantosa membeberkan lima penyebab paus mati terdampar di sejumlah pantai di Bali.

Yakni laut Bali menjadi jalur migrasi tahunan mamalia laut, diduga adanya kebisingan suara di laut, perubahan cuaca ekstrem, perubahan kontur laut dan arus, serta bencana alam.

"Dari hasil-hasil penelitian yang saya baca ada beberapa hal yang dapat memengaruhi terdamparnya mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba. Di antaranya kebisingan suara di laut yang mempengaruhi sonar," kata Agus dalam keterangannya, Minggu (9/4/2023).

Untuk bencana alam sendiri, Agus menyebut paus memiliki naluri terhadap bencana alam. Mereka akan mencari tempat berlindung yang menyebabkan tersesat.




(nor/hsa)

Hide Ads