ABK KM Linggar Petak 89 Tak Pakai Alat Keselamatan Saat Kapal Tenggelam

Denpasar

ABK KM Linggar Petak 89 Tak Pakai Alat Keselamatan Saat Kapal Tenggelam

I Wayan Sui Suadnyana - detikBali
Jumat, 03 Mar 2023 07:15 WIB
Tim SAR Bali mengevakuasi korban luka Kapal Motor Linggar Petak 89 yang tenggelam setibanya di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, Kamis (2/3/2023). Kapal pencari ikan yang tenggelam akibat cuaca ekstrem di perairan Samudera Hindia pada Selasa (28/2) tersebut menyebabkan satu orang ABK meninggal dunia, lima orang Nakhoda/ABK selamat dan sembilan orang ABK lainnya yang hilang masih dalam pencarian. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/hp.
Tim SAR Bali mengevakuasi korban luka Kapal Motor Linggar Petak 89 yang tenggelam setibanya di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, Kamis (2/3/2023). Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Denpasar -

Anak buah kapal (ABK) Kapal Motor (KM) Linggar Petak-89 tak memakai alat keselamatan saat meninggalkan kapal ketika akan tenggelam. Informasi tersebut didapatkan Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar (Basarnas Bali) dari nahkoda kapal yang selamat.

"Informasi dari kapten yang selamat, nakhoda kapal dari Linggar Petak itu, bahwa yang meninggalkan kapal itu hampir semuanya tidak menggunakan alat keselamatan," kata Kepala Basarnas Bali Gede Darmada kepada wartawan, Kamis malam (2/3/2023).

Berdasarkan informasi itu, Darmada kini tak mau berspekulasi apakah bisa menemukan sembilan ABK lainnya yang masih hilang dalam kondisi selamat atau tidak. Namun ia berjanji akan tetap berupaya menemukan ABK dalam keadaan selamat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diketahui, KM Linggar Petak-89 membawa sebanyak 15 ABK dan nakhoda saat tenggelam mencari ikan di Samudera Hindia. Sebanyak enam ABK sudah ditemukan.

Empat ABK serta nakhoda ditemukan selamat saat kapal hampir tenggelam. Satu ABK ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Sementara satu orang lagi ditemukan pada pencarian, Kamis (2/3/2023).

ADVERTISEMENT

Darmada mengatakan menurut penjelasan nakhoda kapal, sebagian besar ABK tidak memakai alat pengaman dan hanya berpegangan pada bola-bola jaring kapal. Menurut Darmada, kemampuan orang berpegangan tergantung dari kondisi fisik masing-masing orang

"Nah kalau jaring itu biasanya kan kayak bola pelampungnya, hanya berpegang pada itu. Tapi melihat ketahanan fisik seseorang dengan kondisi survival tentunya. Lebih dari sehari tanpa makan tanpa minum pasti agak tidak kuat lagi berpegangan sehingga peluangnya masih 50:50," jelasnya.

Sementara, berdasarkan pengalaman-pengalaman yang ditangani Basarnas Bali, beberapa pelaut peluangnya kecil bisa selamat bila tiga hari tanpa makan dan minum saat terombang-ambing di lautan.

"Tapi kalau misalnya mengapung menemukan makanan kecil atau sesuai yang bisa diminum atau dimakan tentunya akan bertambah lagi harapan hidupnya di laut," ungkapnya.




(nor/gsp)

Hide Ads