Inklusif di Desa Bengkala

Inklusif di Desa Bengkala

Made Wijaya Kusuma - detikBali
Minggu, 26 Feb 2023 16:55 WIB
Desa Bengkala, Buleleng, Bali Selasa (14/2/2023). Desa Bengkala menarik para peneliti karena dari 3 ribu penduduknya, sebanyak 42 terlahir tuli atau kolok.
Desa Bengkala, Buleleng, Bali Selasa (14/2/2023). Desa Bengkala merupakan desa inklusi karena dari sekitar 3 ribu penduduk desa, 42 orang terlahir tuli. Namun, mereka hidup berdampingan. Foto: Made WIjaya Kusuma/detikBali
Buleleng -

Desa Bengkala menarik perhatian Penjabat Bupati Buleleng I Ketut Lihadnyana. Dia berjanji berkunjung ke desa yang sebagian penduduknya tuli atau biasa disebut Kolok.

Menurut Lihadnyana, masyarakat Kolok di Desa Bengkala bisa berdaya. "Bukan saya (mau) mengeksploitasi keadaan mereka ,tetapi justru saya ingin semeton (saudara) kami (yang) punya keterbatasan itu ternyata juga bisa produktif dan berdaya," katanya di kantor Bupati Buleleng, Kamis (16/2/2023).

Lihadnyana akan mengkaji pemberdayaan apa saja yang bisa membantu warga Kolok di Desa Bengkala. Dia ingin bertemu dan berdiskusi dengan penduduk desa itu agar bantuan pelatihan yang diberikan bisa tepat sasaran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau dari saya langsung tidak bertanya dahulu, nanti tidak sesuai dengan keinginan mereka," ujar Lihadnyana.

Desa Bengkala yang terletak di Kecamatan Kubutambahan merupakan desa inklusi. Sebab, dari sekitar 3 ribu penduduk desa, 42 orang terlahir tuli. Namun, mereka hidup berdampingan. Bahkan, para penduduk di desa itu juga memiliki bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan warga tuli yaitu bahasa Kolok.

Desa Bengkala makin dikenal setelah vlogger asal Israel Nuseir Yasin atau Nas Daily berkunjung ke desa itu pada Selasa (7/2/2023). Bahkan, Yasin membuat video terkait penduduk desa tersebut.

ADVERTISEMENT

Penyarikan (sekretaris) Desa Adat Bengkala Ketut Darpa mengatakan masyarakat di Desa Bengkala tidak mengenal marginalisasi bagi penduduk yang Kolok. Semua warga desa memiliki hak dan kewajiban yang sama.

Menurut Darpa, tidak ada pelatihan khusus bagi warga Desa Bengkala belajar bahasa Kolok. Mereka belajar secara autodidatik. Bahasa isyarat itu juga tidak terlalu sulit dipelajari.

"Sehingga kami tidak mengalami kesulitan di sini dalam berkomunikasi dengan mereka dan hampir rata-rata orang sini menguasai bahasa Kolok," ujar Darpa.

Bahkan, di desa itu juga ada sekolah inklusi yaitu SDN 2 Bengkala. Kini, di maktab itu terdapat enam siswa tuli. Mereka duduk di kelas satu, dua, tiga, belajar secara terpisah di ruang kelas inklusi. Sementara yang sudah menginjak kelas empat, lima, dan enam digabung dengan anak lainnya.

SDN 2 Bengkala juga menerapkan materi yang sama bagi siswa Kolok maupun yang tidak. Saat para murid itu berbaur, akan ada dua guru yang mengajar. Satu guru menyampaikan dalam bahasa Kolok dan guru lainnya menyampaikan materi secara verbal. Walhasil, para siswa lainnya memahami bahasa Kolok dan bisa berkomunikasi dengan siswa Kolok.

Pembaca detikBali, kontributor kami di Buleleng, Made Wijaya Kusuma, mereportasekan keseharian warga Desa Bengkala yang inklusif. Selamat membaca!

1.

2.

3.

4.

5.






(nor/gsp)

Hide Ads