Prostitusi Online, Dampak Negatif dari Teknologi

Liputan Khusus Prostitusi Online di Bali

Prostitusi Online, Dampak Negatif dari Teknologi

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Jumat, 27 Jan 2023 18:00 WIB
Escort or paid woman lying on bed in brothel. Man paying money for sex worker at night. Hooker with customer. Sexy lady with sugar daddy. Prostitution concept. Private striptease show.
Ilustrasi Bisnis Prostitusi. Foto: Getty Images/iStockphoto
Denpasar -

Tulisan pertama: Kisah Para Pelacur Online di Pulau Dewata

Tulisan kedua: Kencan Singkat Berpindah Tempat

Tulisan ketiga: Penghubung Tamu dengan Pelacur

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tulisan keempat: Bertaruh Nyawa demi Komisi

Tulisan kelima: Lokalisasi Lokal Menolak Punah

ADVERTISEMENT

Tulisan keenam: Redup Prostitusi di Pesiapan

Tulisan ketujuh: Beragam Cara Menangkal Prostitusi Online

Tulisan kedelapan: Belantara Penyebaran HIV-AIDS

Tulisan kesembilan: Prostitusi Online, Dampak Negatif dari Teknologi

Cahaya, bukan nama sebenarnya, menjadi pekerja seks komersial (PSK) online sejak usia 17 tahun. Untuk memasarkan jasanya, perempuan berusia 19 tahun ini menggunakan aplikasi MiChat. Tarif sekali kencan atau hingga tamu orgasme ialah Rp 600 ribu.

Untuk menarik para pria, Cahaya kerap mencantumkan petunjuk di akun MiChat miliknya. Kode yang dipasang antara lain, "cari cuan" dan "memuaskan". Saat ada tamu yang menghubunginya melalui aplikasi perpesanan itu ia akan membalasnya dengan kata fullser alias full service yang artinya layanan penuh selama berhubungan intim.

Cahaya melayani tamunya di sebuah hotel kecil. Para pria hidung belang itu bisa langsung menuju kamar kembang latar itu setelah menyepakati tarif dan jadwal berhubungan intim.

Sosiolog Universitas Udayana, Wahyu Budi Nugroho. (IST)Sosiolog Universitas Udayana, Wahyu Budi Nugroho. (IST)

Sosiolog Universitas Udayana Wahyu Budi Nugroho menyoroti dampak negatif dari pesatnya perkembangan teknologi komunikasi. Salah satu dampak buruknya ialah merebaknya prostitusi online karena pria hidung belang dan pekerja seks komersial (PSK) lebih mudah terhubung dengan beragam aplikasi perpesanan.

"Kemajuan teknologi tanpa sentuhan kemanusiaan hanya akan berdampak pada degradasi nilai-nilai kemanusiaan seperti penyebaran pornografi dan munculnya prostitusi online," kata Wahyu kepada detikBali Kamis (5/1/2023).

Menurut Wahyu, penyebab lain terus bertahannya bisnis esek-esek ialah karena frustasinya masyarakat. Dampaknya, ialah naiknya agresi masyarakat dan meningkatnya kebutuhan hasrat penyaluran seksual. Prostitusi kemudian menawarkan solusi dari masalah itu.

Wahyu menerangkan keberadaan prostitusi online diistilahkan dengan unsanctioned institution atau lembaga sosial yang tidak diharapkan dalam masyarakat. Masalahnya, bisnis esek-esek itu tetap hadir di masyarakat. "Lembaga semacam ini meskipun sebetulnya tidak diharapkan ada dalam masyarakat, tapi diam-diam tetap memiliki permintaan," ungkapnya.

Wahyu berpendapat upaya paling efektif untuk menghilangkan prostitusi online ialah dari kesadaran masyarakat sendiri. Apalagi, risiko kesehatan, HIV-AIDS, yang mengintai bagi pelacur maupun pria hidung belang akibat bergonta-ganti pasangan.

Kepolisian Daerah (Polda) Bali kesulitan mencegah prostitusi online. Sebab, para pelacur yang menggunakan beragam aplikasi seperti MiChat kerap berdalih hubungan intim dengan tamunya didasari suka sama suka.

Dampaknya, polisi tidak bisa mengenakan unsur tindak pidana eksploitasi. "Sekarang kebanyakan dia (PSK) jadi operator, pelaku, hingga korban," ungkap Kasubdit IV Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Bali AKBP Ni Luh Kompiang Srinadi.

Polisi juga kesulitan melacak akun media sosial para pelaucur di beragam aplikasi perpesanan. Sebab, kini mudah menghapus akun beragam aplikasi itu secara permanen. Meski demikian, Polda Bali terus berupaya mengungkap dan mencegah bisnis esek-esek itu.

Misalkan, razia di kos maupun hotel. "Berapa penindakan juga sudah kami lakukan," kata Srinadi. Namun, Polda Bali belum memiliki data yang memadai terkait prostitusi online di Pulau Dewata.




(nor/gsp)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads