Kisah Para Pelacur Online di Pulau Dewata

Liputan Khusus Prostitusi Online di Bali

Kisah Para Pelacur Online di Pulau Dewata

Agus Eka Purna Negara - detikBali
Senin, 23 Jan 2023 14:38 WIB
Ilustrasi Prostitusi Online
Ilustrasi Prostitusi Online Foto: Edi Wahyono
Badung -

Tulisan pertama: Kisah Para Pelacur Online di Pulau Dewata

Tulisan kedua: Kencan Singkat Berpindah Tempat

Tulisan ketiga: Penghubung Tamu dengan Pelacur

Tulisan keempat: Bertaruh Nyawa demi Komisi

Tulisan kelima: Lokalisasi Lokal Menolak Punah

Cahaya, bukan nama sebenarnya, menanti di depan pintu kamarnya di sebuah hotel kecil di Kuta Utara, Badung, Bali. Rambut perempuan berusia 19 tahun itu tergerai saat menerima detikBali Selasa, (10/1/2023).

Senyum Cahaya mengembang lalu mempersilakan duduk. Perempuan asal Tabanan, Bali, itu mengenakan daster hitam bermotif kembang.

"Jadi kalau ketemu tamu itu ya seperti ini. Tidak boleh judes, lah," kata Cahaya mengawali percakapan saat itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cahaya merupakan pekerja seks komersial (PSK) online, terhubung aplikasi MiChat. Dia terjun ke bisnis prostitusi daring sejak usia 17 tahun. Tarif sekali kencan atau hingga tamu orgasme ialah Rp 600 ribu.

Prostitusi online tengah menjadi sorotan. Seorang PSK daring berbasis aplikasi MiChat bernama Aluna Sagita mati dibunuh di kosnya di Griya Sambora, Denpasar, Bali.

ADVERTISEMENT

Jasad perempuan berusia 26 tahun itu ditemukan dalam keadaan telanjang dan leher terikat kabel rol pada Sabtu (31/1/2022). Dua hari kemudian Polresta Denpasar menangkap pembunuhnya Aryo Puspo Buwono di sebuah kosan di Jalan Serma Gede, Kota Denpasar.

Polresta Denpasar juga menetapkan tiga orang tersangka dalam kasus prostitusi online. Penetapan tersangka itu tak terlepas dari pengembangan kasus pembunuhan Aluna Sagita. Para tersangka itu diduga menjadi operator dalam bisnis esek-esek itu.

Untuk menarik para pria, Cahaya kerap mencantumkan petunjuk di akun MiChat miliknya. Kode yang dipasang antara lain, "cari cuan" dan "memuaskan". Saat ada tamu yang menghubunginya melalui aplikasi perpesanan itu ia akan membalasnya dengan kata fullser alias full service yang artinya layanan penuh selama berhubungan intim.

Cahaya melayani tamunya di sebuah hotel kecil. Para pria hidung belang itu bisa langsung menuju kamar kembang latar itu setelah menyepakati tarif dan jadwal berhubungan intim.

Cahaya bisa melayani empat hingga enam pria dalam sehari. Mereka wajib membayar tunai sebelum berhubungan intim.

Sejumlah pria hidung belang pun menjadi pelanggan setia Cahaya. Mereka bisa langsung menghubungi Cahaya ke nomor telepon genggamnya saat ingin berhubungan seksual.

Tidak saja pria lokal, Cahaya juga menerima warga negara asing (WNA). Tak sulit bagi perempuan berkulit sawo matang ini untuk berkomunikasi dengan WNA karena ia pernah bekerja di sebuah restoran yang tamunya ialah orang asing.

Bagaimana Cahaya bisa menjadi pelacur? Baca selengkapnya di sini

Tak pernah terpikirkan dalam hidup Cahaya menjadi pelacur. Apalagi, dia berasal dari keluarga sederhana dan berkecukupan. Ia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara.

Keluarga mencapnya sebagai anak manja. Selayaknya perempuan di Bali, Cahaya berperan membantu mengurusi keperluan rumah dari memasak hingga mebanten atau beribadah dengan menghaturkan sesaji di pura setiap pagi.

Hidup Cahaya berubah saat duduk di bangku SMK. Pacarnya saat itu kerap mengajaknya berhubungan intim.

Saat sekolah, Cahaya juga kerap mendapat perundungan dari temannya. Musababnya, dia tak mampu mengikuti apapun yang jadi tren saat itu. Ia juga dirisak oleh saudaranya dan dianggap anak manja yang selalu minta uang ke orang tua.

Pengalaman pahit itu yang membuat Cahaya semangat mencari uang. Ia tekun saat mengikuti program training SMK di salah satu rumah makan demi mendapat upah. Namun, honor itu selalu kurang untuk memenuhi kebutuhannya.

Saat menginap di kos temannya sewaktu mengikuti training, Cahaya melihat temannya itu mudah mendapatkan cuan. Dia kemudian kepincut cara cepat memiliki uang seperti temannya.

Kawannya itu yang mengenalkan Cahaya dengan beragam aplikasi yang bisa menghubungkan pira hidung belang dengan para pelacur. Cahaya juga melihat langsung bagaimana teman perempuannya itu mengajak masuk seorang pria tak dikenal ke dalam kamar kos setiap malam untuk berhubungan intim.

Hal itu yang membuat Cahaya mencoba terjun ke bisnis esek-esek online. Dia rela tak melanjutkan ke bangku kuliah karena kini ia bisa dapat uang dengan mudah.

Cahaya menyadari pekerjaan ini penuh risiko. Tidak saja ancaman kesehatan, melainkan tindak kejahatan yang bisa datang kapan saja menimpa dirinya. Apalagi adanya pembunuhan Aluna Sagita beberapa waktu lalu.

Hal itu membuatnya semakin hati-hati menerima tamu. "Kalau aku milih-milih tamu sih dan biasanya cek di foto profil," kata Cahaya.

Cahaya pernah mencoba mengurangi intensitas menerima pria hidung belang. Sebab, dia tidak menikmati apapun dari pekerjaan ini. Tekadnya satu, berhenti sebagai pelacur jika sudah berkeluarga.

"Saya juga ingin punya pasangan hidup dan punya anak. Mengumpulkan modal untuk membuka salon," tutur Cahaya.

Penjaja seks melalui aplikasi MiChat tidak hanya Cahaya. Yunita -bukan nama sebenarnya- juga terjun ke prostitusi dan mencari pelanggan dari aplikasi perpesanan itu.

Yunita melayani kencan singkat di hotel-hotel kecil dan berpindah-pindah tempat. Tarifnya, Rp 700 ribu untuk sekali kencan singkat.

Perempuan berusia 26 tahun ini bisa melayani empat sampai tujuh tamu dalam sehari. Namun, kadang Yunita juga sepi tamu.

"Jadi tak tentu," tutur Yunita. Pelacur tersebut berencana menikah pada akhir tahun ini.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Terkuak Prostitusi Online di Batam Via Kaskus, Ada Korban di Bawah Umur"
[Gambas:Video 20detik]
(irb/gsp)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali

Hide Ads