Tulisan pertama: Kisah Para Pelacur Online di Pulau Dewata
Tulisan kedua: Kencan Singkat Berpindah Tempat
Tulisan ketiga: Penghubung Tamu dengan Pelacur
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tulisan keempat: Bertaruh Nyawa demi Komisi
Tulisan kelima: Lokalisasi Lokal Menolak Punah
Tulisan keenam: Redup Prostitusi di Pesiapan
Tulisan ketujuh: Beragam Cara Menangkal Prostitusi Online
Tulisan kedelapan: Belantara Penyebaran HIV-AIDS
Cahaya, bukan nama sebenarnya, selalu menyediakan kondom di kamar tempat dia menerima pria. Pekerja seks komersial (PSK) online ini khawatir terkena HIV-AIDS lantaran kerap berganti-ganti pasangan.
Perempuan asal Tabanan, Bali, ini kerap berhubungan intim dengan pria hidung belang di sebuah kamar berukuran 24 meter persegi di hotel kecil di Kuta Utara, Badung. Di kamar tersebut juga selalu tersedia kondom yang bisa digunakan tetamunya saat berhubungan intim dengannya.
Cahaya menyadari risiko dari statusnya sebagai pelacur. Meski tamunya sudah memakai alat kontrasepsi, perempuan 19 tahun ini tetap takut kena HIV-AIDS. "Setelah melayani tamu, kadang kepikiran, apa saya masih sehat," ungkapnya kepada detikBali, Selasa (10/1/2023).
Cahaya memutuskan untuk rutin memeriksa kesehatan reporduksinya dan tes HIV di layanan kesehatan setempat. Perempuan dengan rambut tergerai itu rutin periksa setiap Jumat.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Nyoman Gede Anom menerangkan prostitusi online bak hutan belantara dalam penyebaran penyakit HIV-AIDS. Sebab, petugas kesehatan sulit melakukan pelacakan saat hendak memberi edukasi kepada para penyedia jasa seks tersebut.
"Kalau dulu (lokalisasi) kan bermain di hotspot yang terlihat. Sedangkan prostitusi online ini tidak terlihat," kata Anom, Rabu (11/1/2023).
Data Dinas Kesehatan Bali menyebutkan pada 2022 sebanyak 607 orang dalam stadium AIDS dan 1.217 orang dalam stadium HIV. Dari jumlah itu, sebanyak 74 persen penularan HIV-AIDS adalah melalui hubungan heteroseksual tanpa alat kontrasepsi, hubungan homoseksual tanpa pengaman sebanyak 17 persen, penggunaan jarum suntik (3), dan penularan lainnya (6).
Beragam Upaya Pencegahan HIV-AIDS di halaman selanjutnya...
Anom mengungkapkan petugas Dinas Kesehatan kewalahan saat memberikan informasi seputar HIV-AIDS kepada orang yang berisiko tertular. Kesulitan bertambah karena bisnis esek-esek itu lebih mudah diakses dengan adanya beragam aplikasi perpesanan atau media sosial.
Anom mengingat saat petugas Dinas Kesehatan dan sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) mau memberikan penyuluhan terkiat HIV-AIDS pada PSK online. "Begitu kami masuk dan mengirimkan promosi kesehatan, kami langsung diblokir," ujarnya.
Dinas Kesehatan sebetulnya memiliki beragam program untuk mencegah penyebaran HIV-AIDS di Pulau Dewata. Misalkan tes HIV-AIDS kini dibuka seluas-luasnya pada warga binaan hingga calon pengantin.
Dinas Kesehatan juga melakukan pengetesan sebanyak-banyaknya demi menangkal penyakit menular itu. Bahkan, ibu hamil pun tidak luput dari pengetesan itu. "Kami tidak lagi testing kepada yang berisiko," ungkap Anom.
Sinta, salah satu PSK di Jalan Tambaksari, Sanur, Denpasar, Bali, menyadari pekerjaan dia sebagai pelacur sangat berisiko. Apalagi dia memiliki seorang putri berusia sembilan tahun.
Sinta kemudian sangat selektif memilih tamu. Perempuan berusia 39 tahun ini mewajibkan pria hidung belang yang ingin berhubungan intim dengannya menggunakan kondom. "Kalau nggak mau pakai kondom ya sudah nggak masuk," tutur perempuan asal Banyuwangi, Jawa Timur, ini.
Simak Video "Video: Kata Kemenkes soal Tantangan Pemberian Obat ARV Bagi Remaja Terpapar HIV"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/gsp)

Koleksi Pilihan
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali