Coretan tersebut terdapat pada tangga pura dan ditulis menggunakan cat berwarna merah bertuliskan "Bendesa memitre" (Bendesa Selingkuh).
Sontak aksi vandalism itu langsung membuat krama (warga) adat geger. Apalagi pada saat ditemukan, di pura tersebut sedang berlangsung upacara pujawali.
Perbekel Desa Sudaji, Ngurah Fajar Kurniawan dikonfirmasi detikbali, Rabu (12/10/2022) membenarkan adanya aksi vandalisme itu.
Ngurah mengatakan, ada tiga titik coretan yang memang merujuk pada oknum prajuru adat di Desa Sudaji. Selain di tangga pura, coretan juga terdapat di dinding penyengker pura.
"Ada tiga titik coretan, salah satunya di tangga pura, itu pertama kali ditemukan oleh krama kemarin," kata Perbekel Desa Sudaji Ngurah Fajar Kurniawan kepada detikBali, Rabu (12/10/2022).
Fajar menyebut, setelah ditemukan oleh krama, pihak desa langsung membersihkan coretan tersebut dengan mengecat kembali areal yang tersebut. Kendati telah dibersihan, kata Ngurah Fajar pembersihan secara niskala juga harus dilakukan.
"Coretannya sudah dibersihan. Tapi kan gak cukup hanya dengan mengecat mengingat itu dilakukan di wilayah suci. Hendaknya harus dilakukan ritual juga. Itu sudah masuk cuntaka," kata Ngurah Fajar.
Sementara itu, Bendesa Adat Sudaji Nyoman Sunuada masih enggan untuk berkomentar banyak terkait hal tersebut.
Ia menyerahkan segala tindakan krama adat Desa Sudaji. Namun ia menduga hal itu dilakukan oleh oknum yang tidak suka dengan dirinya. Bahkan ingin menggulingkannya dari posisi bendesa adat.
"Saya malas melapor. Biar saja saya serahkan ke tuhan saja. Kalau untuk tindakan saya serahkan ke krama adat," ujar Sunuada.
(dpra/hsa)