detikBali

Henti Jantung dan Kanker Payudara Renggut Banyak Nyawa di Denpasar, Pasien Datang Terlambat

Terpopuler Koleksi Pilihan

Henti Jantung dan Kanker Payudara Renggut Banyak Nyawa di Denpasar, Pasien Datang Terlambat


Hani Sofia Muthmainnah - detikBali

Woman holding the hand of her hospitalized husband
Ilustrasi pasien dirawat. (Foto: Getty Images/Abdullah Durmaz)
Denpasar -

Kasus kematian akibat henti jantung dan kanker payudara masih tinggi di Denpasar. Dua penyakit ini menempati urutan kedua dan ketiga penyebab kematian terbanyak di kota tersebut, terutama karena banyak pasien datang berobat dalam kondisi sudah parah.

Data yang dihimpun dari 20 rumah sakit di Denpasar hingga November 2025 mencatat, RSUD Bali Mandara menangani 9.923 kasus kanker payudara (malignant neoplasm of breast). Dari jumlah tersebut, sebanyak 29 pasien dinyatakan meninggal dunia.

Sementara itu, RSUD Surya Husadha Ubung mencatat 55 pasien meninggal akibat henti jantung hingga November 2025. Padahal, kedua penyakit tersebut masih memiliki peluang untuk ditangani jika mendapat penanganan sejak dini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tingginya angka kematian dipicu oleh keterlambatan pasien dalam mencari pertolongan medis. Pada kasus henti jantung, keterlambatan penanganan dalam hitungan menit pertama dapat memperbesar risiko kematian.

ADVERTISEMENT

Kondisi ini diperparah oleh minimnya pengetahuan masyarakat terkait pertolongan pertama, serta keterbatasan akses layanan gawat darurat yang membuat peluang keselamatan pasien semakin kecil.

"Pada henti jantung (cardiac arrest) kasus kematiannya tinggi karena kejadiannya berlangsung tiba-tiba dan pasien sering datang jika sudah dalam kondisi kritis. Selain itu, banyak faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung yang sudah lama diderita tapi tidak segera diperiksakan," ujar I Gusti Ayu Raka Susanti, Kepala Bidang P2 Dinas Kesehatan Bali, Kamis (18/12/2025).

Susanti menjelaskan, tingginya jumlah pasien kanker payudara juga dipengaruhi oleh keterlambatan diagnosis. Banyak pasien baru memeriksakan diri ketika kondisi penyakit sudah berada pada stadium lanjut, sehingga pengobatan menjadi kurang optimal.

"Sebagian besar pasien kanker payudara datang sudah patah. Maka deteksi dini menjadi kunci untuk menekan angka kematian," ujarnya.

Untuk menekan angka kematian, Dinas Kesehatan Bali terus memperkuat upaya pencegahan melalui skrining. Saat ini, dua puskesmas di Bali menjadi lokasi uji coba tindakan Fastemi guna mempercepat penanganan serangan jantung akut.

"Untuk kanker payudara tim saya menargetkan agar skrining dapat diperluas hingga ke puskesmas menggunakan USG payudara, sehingga hasilnya akan lebih akurat dan pasien dapat ditangani lebih dini," tandas Susanti.




(dpw/dpw)












Hide Ads