Kisah Dokter Alit Tangani Jenazah-Potongan Tubuh Korban Bom Bali I

Kisah Dokter Alit Tangani Jenazah-Potongan Tubuh Korban Bom Bali I

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Rabu, 12 Okt 2022 07:50 WIB
Ketua Departemen/KSM Ilmu Kedokteran Forensik FK Unud/RSUP Prof Ngoerah, Dr. Ida Bagus Putu Alit, SpFM(k), DFM ketika menunjukkan dokumen data-data kejadian Bom Bali I.
Ketua Departemen/KSM Ilmu Kedokteran Forensik FK Unud/RSUP Prof Ngoerah, Dr. Ida Bagus Putu Alit, SpFM(k),DFM ketika menunjukkan dokumen data-data kejadian Bom Bali I. (Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Denpasar -

Dr. Ida Bagus Putu Alit, SpFM(k),DFM menceritakan pengalamannya ketika mengidentifikasi para korban Tragedi Bom Bali I pada 12 Oktober 2002 silam. Ketua Departemen/KSM Ilmu Kedokteran Forensik FK Unud/RSUP Prof Ngoerah itu merupakan salah satu dari tiga dokter forensik RSUP Prof Ngoerah yang kala itu menangani jenazah dari peristiwa bom Bali. Tak hanya jenazah utuh, ia juga berhadapan dengan potongan-potongan tubuh yang tak utuh.

"Waktu itu usia saya masih 32 tahun dan menjadi staff forensik, kemudian dokter forensiknya waktu itu, dokter Made Maker dan dokter Johannes. Ketika kejadian itu, saya ditelepon oleh staff di sini dan tidak menyangka bahwa korbannya banyak sehingga kami tidak melakukan persiapan apapun di sini," tutur dr Alit, Selasa (11/10/2022).

Ia menceritakan, jenazah pertama kali diantarkan ke RSUP Sanglah (kini RSUP Prof Ngoerah) sekitar pukul 05.15 Wita. Jenazah-jenazah itu ada yang diantarkan oleh para volunteer, tim penyidik, hingga tim SAR.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hari pertama pascakejadian tersebut, jenazah yang diantarkan ke KMJ RSUP Prof Ngoerah kebanyakan adalah jenazah dengan bagian tubuh lengkap.

"Hari pertama adalah sesuatu yang paling kacau karena ruangan ini sudah penuh dan mungkin ada 35 jenazah waktu itu. Ada yang utuh, setengah utuh dan tidak. Rata-rata sudah mengalami karbonisasi luka bakar derajat IV," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Hari kedua, terbentuk tim Disaster Victim Identification (DVI) Nasional. Ada juga tim-tim DVI dari beberapa negara yang datang ke RSUP Prof Ngoerah kala itu.

Masing-masing tim tersebut kemudian melakukan identifikasi berdasarkan data gigi korban, DNA, sidik jari, properti, fotografi hingga data medis. Butuh waktu sekitar 3 bulan lamanya untuk mengidentifikasi korban peristiwa bom tersebut.

"Jenazah yang teridentifikasi 202 dan sebagian besar orang asing dengan paling banyak berasal dari Australia. Lalu, ada 3 jenazah yang tidak teridentifikasi dan potongan tubuh tidak teridentifikasi ada 38," ungkapnya.

Salah satu kendala yang dia temui saat proses identifikasi korban adalah ketika ditugaskan mencari dalang di balik bom bunuh diri tersebut. "Kesulitannya karena memang dalam bentuk keping-kepingangan dan berupa sepotong daging yang mungkin sudah melekat di atap gedung. Kalau tidak salah di minggu ketiga kita berhasil menemukan dan mengidentifikasinya," tutur dr Alit.

dr Alit mengaku tak ada rasa takut ketika harus menghadapi ratusan jenazah korban Bom Bali I tersebut. Ia memegang teguh prinsip di forensik, yakni bersikap parsial atau tidak boleh terpengaruh dengan apa yang diperiksanya.

Sebagai seorang dokter forensik, momen ketika bertugas mengidentifikasi para korban Bom Bali I tak akan pernah dia lupakan. dr Alit berharap peristiwa serupa tidak sampai terulang kembali.

"Kami mempelajari kematian untuk melindungi kehidupan. Jadi, jangan sampai kematian korban yang dulu membuat kita lengah lagi. Kita harus melindungi yang hidup dan jangan sampai ada terorisme lagi," tambahnya.

Untuk diketahui, dua dekade silam, tepatnya 12 Oktober 2002, bom meledak di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali. Dua bom meledak dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu pukul 23.05 Wita. Sebanyak 202 orang tewas dan 200 lebih lainnya luka berat maupun ringan akibat tragedi di malam kelabu itu.

Peringatan Bom Bali I digelar setiap tahun di Monumen Ground Zero di Jalan Legian, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Beberapa keluarga atau kolega korban Bom Bali I biasanya datang ke areal monumen tersebut untuk berdoa dan meletakkan bunga.

Peringatan Bom Bali I tahun ini akan dimulai pukul 22.47 Wita, Rabu (12/10/2022). Acara diawali dengan pemutaran film pendek peristiwa Bom Bali I yang dilanjutkan dengan menyalakan lilin oleh seluruh tamu undangan. Setelah itu, acara hening akan diiringi dengan peniupan 3 sangkakala dari Korsik Yanma Mabes Polri. Peringatan Bom Bali I nantinya diakhiri dengan peletakan bunga mawar dan doa bersama lintas agama.




(iws/hsa)

Hide Ads