Staf Medis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik RSUP Prof Ngoerah, Dr.dr.Agus Roy Rusly Hariantana Hamid,SpBP-RE(K),FICS., menyampaikan, pasien mengalami luka bakar lebih dari 74 persen dan ditambah dengan adanya tanda-tanda trauma jalan nafas. Menurutnya, pihaknya juga telah mengambil tindakan operasi yang di mana luka bakar korban mencapai grade 3 sampai ke dalam ototnya.
Sehingga sangat sulit sekali mengembalikan jaringan yang sudah mati. Kemudian, untuk menggantikan jaringan yang mati tersebut, kata dr Agus, tidak ada donor kulit pada pasien tersebut.
"Sebelumnya kami lakukan pembersihan dan pembuangan jaringan mati tapi tidak bisa kami buang semuanya dan dari permasalahan itu, pada pasien ini juga kami dapatkan memiliki penyakit hipertensi sebelum pasien dirawat dengan luka bakar. Jadi, ada tanda-tanda tekanan darah yang cukup tinggi di mana hal ini secara metabolik juga ikut berpengaruh dengan kondisi pasien," ucapnya pada Senin (29/8/2022).
Ia menuturkan, dengan segala upaya yang dilakukannya dengan sejawat dokter bius, dokter penyakit dalam, dan dokter penyakit jantung, pasien tersebut pada Sabtu (27/8/2022) siang mengalami napas yang cukup berat dan memang secara metabolisme pasien ini tidak kuat untuk berusaha bernafas karena metabolik pasien.
Sehingga pada pukul 18.15 Wita, pihaknya melakukan intubasi alat bantu napas pada pasien dikarenakan kondisi pasien menurun. Menurutnya, dengan perjalanan waktu dari pukul 18.15 Wita pasien diberikan obat-obatan agar pasien tertidur, tetapi pada pukul 22.00 Wita pasien fighting atau melawan ketika diberikan obat bius hingga dengan dosis maksimal.
"Akhirnya dengan kondisi pasien yang melawan, dan dibantu dengan mesin yang cukup, lalu pasien mengalami gagal nafas mendadak karena tidak kuatnya sehingga pada pukul 22.45 Wita sempat kami lakukan Resusitasi Jantung Paru dan Otak (RJPO)," ungkapnya.
Menurutnya, adapun salah satu faktor yang membuat pasien fighting adalah karena pasien cenderung suka minum minuman keras sehingga ketika diberikan obat bius dengan dosis paling tinggi pun tidak mampu membuat pasien tertidur. Pihaknya pun, kata dr. Agus, mengaku kaget dengan riwayat penyakit pasien yang memiliki Hipertensi.
Ia menuturkan, baik dirinya, dokter jantung hingga dokter penyakit dalam telah memberikan obat-obatan anti hipertensi kepada pasien. Meskipun demikian, kata dr. Agus, tensi pasien masih tetap tinggi, yakni di angka 200 dan 160. Dirinya menjelaskan, sebelum meninggal, pasien dalam kondisi yang masih bisa berkomunikasi dengan baik kepada orang terdekatnya.
Namun, pada hari ke 7 dan 8 pasien mulai mengalami sesak dan pasca diberikan oksigenasi kondisi pasien kembali membaik. Kemudian, di hari ke 9 pasien sudah tidak kuat untuk bernafas.
"Kami lakukan penanganan gagal nafas dan gagal jantung sampai dua tiga kali dengan siklus setiap 15 menit hingga pasien dinyatakan meninggal pada pukul 23.45 Wita pada Sabtu 27 Agustus 2022. Jadi, penyebab kematian pasien adalah ARD kegagalan nafas karena faktor metabolik akibat luka bakar yang begitu dalam. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menangani metabolismenya tapi dari pasiennya sendiri tidak kuat," paparnya.
Untuk diketahui, peristiwa tabung gas meledak terjadi pada Jumat (19/8/2022) pukul 20.00 Wita yang mengakibatkan sejumlah orang mengalami luka bakar sehingga harus dirujuk ke RSUP Prof Ngoerah. Adapun 6 korban yang sebelumnya sempat dilarikan ke RS Sanjiwani, Gianyar, Bali, tetapi kemudian dirujuk ke RSUP Prof Ngoerah karena mengalami luka bakar berat.
Dari 6 korban tersebut, dua diantaranya, yakni Bagus Oskar meninggal pada Sabtu (20/8/2022) pukul 20.00 Wita, sedangkan I Kadek Gian meninggal Minggu (21/8/2022) pukul 07.00 Wita. Berdasarkan catatan detikBali, kedua korban tersebut mengalami tingkat luka bakar tinggi di atas 90 persen dan kedua korban menghembuskan napas terakhir pasca menjalani perawatan intensif di Ruang Luka Bakar ICU-ICCU RSUP Prof Ngoerah.
(nor/nor)