Faktor ekonomi dan letak geografis masih menjadi faktor utama siswa putus sekolah di Kabupaten Karangasem, Bali. Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Karangasem I Wayan Sutrisna, Kamis (25/8/2022).
Sutrisna mengatakan, siswa yang akhirnya memutuskan tidak melanjutkan sekolah biasanya faktor utamanya ekonomi orang tua kurang, sehingga anaknya diajak ikut bekerja ke Denpasar atau wilayah lain. Hal itulah yang membuat siswa akhirnya berhenti sekolah dan hal tersebut terjadi setiap tahunnya.
"Sampai saat ini faktor ekonomi menjadi hal paling utama siswa putus sekolah di Karangasem karena diajak bekerja orang tuanya," kata Sutrisna saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (25/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, jarak dari rumah ke sekolah yang lumayan jauh, terutama di wilayah Kecamatan Kubu dan Abang, juga menjadi salah satu penyebab siswa putus sekolah. Di sana jarak rumah penduduk lumayan jauh dengan sekolah karena kebanyakan masyarakat tinggal di pegunungan.
"Karena jaraknya yang jauh antara rumah dan sekolah, akhirnya banyak siswa memutuskan tidak melanjutkan sekolah karena tidak ada yang mengantar dan lain sebagainya," kata Sutrisna.
Selain dua faktor tersebut, juga ada siswa putus sekolah karena menikah, sakit, tidak mampu menangkap pelajaran dengan baik, dan masih banyak lagi. Sutrisna mengungkapkan, hampir semua kecamatan di Karangasem, ada siswa putus sekolah setiap tahun dengan jumlah fluktuatif.
Terkait masalah tersebut, Sutrisna mengaku sudah berusaha mencari solusi agar tidak ada lagi siswa putus sekolah setiap tahun. Salah satunya dengan melakukan pendekatan kepada orang tua dan siswa yang bersangkutan.
Selain itu, juga sudah ada sekolah-sekolah non formal yang tersedia di hampir setiap kecamatan, terutama di desa-desa yang selama ini banyak siswa putus sekolah. Hal tersebut untuk membantu siswa kurang mampu agar tetap mendapat pendidikan. Meskipun tidak dengan cara formal, minimal siswa tersebut bisa membaca, menulis, dan berhitung.
"Kami sudah berusaha mencarikan solusi terkait hal ini, tapi tetap saja setiap tahun pasti ada siswa yang putus sekolah," kata Sutrisna.
(irb/irb)