Bendesa Intaran Tegaskan Demo LNG Tidak Gunakan Barong-Rangda Sakral

Bendesa Intaran Tegaskan Demo LNG Tidak Gunakan Barong-Rangda Sakral

Triwidiyanti - detikBali
Minggu, 17 Jul 2022 13:28 WIB
Atraksi budaya berupa tarian barong dan rangda dari Desa Adat Intaran saat melakukan aksi demonstrasi penolakan terminal LNG di kawasan mangrove di depan Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Kamis (14/7/2022). 1
Atraksi budaya berupa tarian barong dan rangda dari Desa Adat Intaran saat melakukan aksi demonstrasi penolakan terminal LNG di kawasan mangrove di depan Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Kamis (14/7/2022). (Foto: I Wayan Sui Suadnyana/detikBali)
Denpasar -

Bendesa Desa Adat Intaran I Gusti Agung Alit Kencana menjawab pernyataan Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali terkait atraksi barong dan rangda saat aksi penolakan lokasi LNG di depan Kantor Gubernur Bali, Kamis (14/7/2022) lalu. Alit Kencana menegaskan, barong dan rangda tersebut bukanlah yang sakral atau profan.

"Itu bukan barong sakral. Kami tau dan tidak mungkin menggunakan barong sakral untuk kegiatan demo. Kami tidak mungkin melecehkan agama kami sendiri," ujarnya kepada detikBali, Minggu (17/7/2022).

Pun soal warga yang mundut (mengusung) pralinggan Ida Batara dan adegan ngurek (menikam diri sendiri dengan keris) saat aksi penolakan lokasi LNG tersebut. Alit Kencana enggan menanggapinya lebih jauh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alit Kencana mengaku, dirinya sempat berkomunikasi dengan pengurus harian PHDI Bali terkait penggunaan barong dan rangda saat aksi tersebut. Ia meminta agar pihak PHDI Bali segera mengklarifikasi pernyataan soal barong dan rangda yang dianggap sakral.

"Ia menyampaikan beritanya tidak seperti itu, makanya kami minta Pak Kenak harus mengklarifikasi beritanya," tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, aksi penolakan lokasi terminal LNG yang dilakukan di depan Kantor Gubernur Bali, Kamis lalu (14/7/2022) mendapat tanggapan dari PHDI Bali. Pasalnya, aksi yang diikuti oleh krama Desa Adat Intaran, Denpasar, itu dianggap membawa simbol Ida Bhatara yang disakralkan umat Hindu di Bali.

Ketua PHDI Bali, Nyoman Kenak mengatakan para pendemo seharusnya tidak perlu membawa-bawa simbol kesakralan itu saat menggelar aksi. Kenak juga menanggapi warga yang mundut (mengusung) pralinggan Ida Batara dan adegan ngurek (menikam diri sendiri dengan keris) yang mewarnai demonstrasi.

Menurutnya, masih ada kesenian lain yang profan untuk ditampilkan saat demo. Misalnya, kata dia, seni lawak.

"Masih ada kesenian Bali lain yang profan (tidak sakral) dan bisa dimanfaatkan untuk kreativitas demo. Misalnya dengan seni lawak, sambil mengutarakan argumen rasional," ungkapnya.

"Soal demo, itu silakan, merupakan hak warga negara. Soal penolakan pembangunan terminal khusus LNG, silakan, dengan menyertakan dasar dan alasannya," imbuhnya.




(iws/iws)

Hide Ads