PHDI Bali Sesalkan Aksi Tolak Lokasi LNG Bawa Simbol Sakral

PHDI Bali Sesalkan Aksi Tolak Lokasi LNG Bawa Simbol Sakral

Tim detikBali - detikBali
Sabtu, 16 Jul 2022 14:42 WIB
Atraksi budaya berupa tarian barong dan rangda dari Desa Adat Intaran saat melakukan aksi demonstrasi penolakan terminal LNG di kawasan mangrove di depan Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Kamis (14/7/2022).
Atraksi budaya berupa tarian barong dan rangda dari Desa Adat Intaran saat melakukan aksi demonstrasi penolakan terminal LNG di kawasan mangrove di depan Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Kamis (14/7/2022). (Foto: I Wayan Sui Suadnyana/detikBali)
Denpasar -

Aksi penolakan lokasi terminal liquefied natural gas (LNG) yang dilakukan di depan Kantor Gubernur Bali, Kamis (14/7/2022) lalu disesalkan oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali. Pasalnya, aksi yang diikuti oleh krama Desa Adat Intaran, Denpasar, itu dianggap membawa simbol Ida Bhatara yang disakralkan umat Hindu di Bali.

Ketua PHDI Bali, Nyoman Kenak mengatakan para pendemo seharusnya tidak perlu membawa-bawa simbol kesakralan itu saat menggelar aksi.

"Kalau benar seperti foto yang beredar di media, nunas sampunang pralinggan Ida Bhatara pundute ke lokasi demo (saya minta jangan membawa-bawa simbol Ida Bhatara ke lokasi demo)," kata Kenak dalam keterangan tertulis yang diterima detikBali, Sabtu (16/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, peserta aksi cukup meminta restu dan perlindungan dengan sembahyang di hadapan pralinggan Ida Bhatara. Dengan begitu, kata Kenak, warga diharapkan mendapat tuntunan ketika menyampaikan aspirasi menolak proyek terminal LNG.

"Jadi, Ida Bhatara, pralinggan Ida, aturin melingga melinggih ring parahyangan, cukup umat sane unjuk rasa di lokasi, Ida aturin nyejer ring kahyangan," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Kenak juga menanggapi warga yang mundut (mengusung) pralinggan Ida Batara saat aksi penolakan lokasi LNG tersebut. Ia pun menyayangkan adanya adegan ngurek (menikam diri sendiri dengan keris) saat demonstrasi yang diikuti ratusan krama Desa Adat Intaran tersebut.

"Masih ada kesenian Bali lain yang profan (tidak sakral) dan bisa dimanfaatkan untuk kreativitas demo. Misalnya dengan seni lawak, sambil mengutarakan argumen rasional," ungkapnya.

"Soal demo, itu silakan, merupakan hak warga negara. Soal penolakan pembangunan terminal khusus LNG, silakan, dengan menyertakan dasar dan alasannya," imbuhnya.

Untuk diketahui, kesenian barong dan rangda memang turut mewarnai aksi penolakan lokasi LNG di depan Kantor Gubernur Bali, Kamis (14/7/2022) lalu. Aksi demonstrasi itu diikuti oleh ratusan krama (warga) Desa Adat Intaran, Denpasar, yang kompak mengenakan pakaian adat Bali dengan atasan berwarna putih.

Bendesa Adat Intaran I Gusti Agung Alit Kencana mengatakan atraksi budaya berupa tarian barong dan rangda dibawakan oleh yowana (pemuda) Desa Adat Intaran. Ia menyebut para yowana di Intaran sedang aktifnya berkesenian.

"Memang kami suruh yowana itu harus aktif karena mereka yang akan menggantikan kami nanti," kata Alit Kencana usai aksi demonstrasi, Kamis (14/7/2022).




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads