Merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Jawa, membuat pasokan kambing di Bali turun drastis. Pasalnya, ada larangan hewan ternak masuk Bali lewat Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana. Kondisi ini juga menyebabkan harga kambing naik di pasaran.
Seperti diungkapkan Pengelola Penjualan Kambing Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Agus Rafii (37), pasokan kambing turun dan harga naik karena penularan PMK di Jawa. Saat ini pedagang atau pengepul kambing hanya bisa mengandalkan kambing lokal dari Bali.
Pasokan yang tidak sebanding dengan permintaan pasar, menyebabkan harga kambing ikut naik. Harga kambing dari peternak Pupuan, lanjutnya, biasa berkisar Rp3 juta per ekor, sekarang naik Rp4 juta per ekor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Naiknya harga kambing ini terjadi sejak PMK menyebar di Jawa, berdampak pada larangan kambing masuk Bali," katanya, saat ditemui detikBali, Senin (20/6/2022).
Karena harga kambing naik, dikatakan Agus, penjualan juga mengalami penurunan. Padahal biasanya jelang Idul Adha pemesanan kambing naik drastis.
"Ada yang biasanya kurban dua ekor kambing, sekarang kurban satu karena kekurangan tidak ada. Harga mahal," ujarnya.
Biasanya 19 hari jelang Idul Adha, ungkap Agus, penjualan kambing bisa sampai 300 ekor, namun saat ini turun hanya 100 ekor. Dulu harga per ekor kambing jelang Hari Raya Kurban, berkisar antara Rp2,5 juta dan paling bagus Rp4,5, juta, kini naik hampir dua kali lipat.
Harga kambing per ekor berkisar Rp3 juta hingga Rp5 juta, tergantung umur dan kualitas kambing. Karena saat ini kambing sedikit dan mahal, maka pasokan yang ada hanya untuk kebutuhan di Jembrana, biasanya dilakukan pengiriman ke Denpasar. Terpuruknya penjualan kambing diperparah dengan ketakutan konsumen terhadap virus PMK.
"Biasanya kirim ke Denpasar. Kalau bawa kambing Jawa ke Denpasar, mereka tidak mau. Ditolak, karena takut," ungkapnya.
Pengepul kambing di Jembrana, Ketut Artawa, pun mengakui kenaikan harga kambing ini. Menurutnya, harga kambing yang sudah mahal dari peternak, berdampak pada harga jual yang mencapai di atas Rp5 juta.
"Harganya di peternak mahal," katanya.
Sebelum pandemi COVID-19, diakui Artawa, pesanan kambing dua minggu jelang Idul Adha mencapai 1.500 ekor. Namun kini turun drastis, ia hanya menerima pesanan 50 ekor kambing. Meski demikian, pesanan ini lebih banyak jika dibandingkan tahun lalu.
Ia dan peternak lain di Jembrana, berharap larangan pengiriman kambing dari Jawa ke Bali segera dicabut, sehingga mereka bisa menambah stok kambing untuk hari raya. Selain itu, harga kambing dari Jawa yang lebih murah bisa menekan harga jual di sini.
(irb/irb)