Masalah sampah hingga kini belum terselesaikan dengan baik di Kabupaten Jembrana. Bahkan ratusan ton sampah belum dikelola dan diurus dengan baik. Seperti tempat pembuangan akhir (TPA) di Banjar Peh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, terlihat tumpukan sampah menggunung. Dari pantauan detikBali, sampah di TPA Peh ini sudah hampir overload (melebihi kapasitas).
Dengan luas lahan sekitar 2 hektar, hampir separuh terisi sampah. Bahkan sampah yang didominasi plastik ini nampak menggunung.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana, Dewa Gede Ari Candra Wisnawa menjelaskan, dari 2 hektar lahan untuk TPA ini, hanya 73 are zona aktif digunakan untuk TPA. "Sampah yang masuk ke TPA per hari itu kurang lebih sekitar 50 ton," kata Ari Candra saat dikonfirmasi detikBali, Selasa (7/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data, timbulan sampah di Jembrana berdasarkan hitungan standar dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sekitar 160 ton per hari. Jumlah timbulan sampah itu, kurang lebih 0,6 kilogram per orang per hari. Sehingga kurang lebih sekitar 160 ton per hari.
Dari 160 ton itu, kata Kadis LH, hanya 50 ton sampah perkotaan yang terbuang ke TPA, kemudian sisanya lebih banyak terbuang di lingkungan. "Sisanya itu di daerah pedesaan sampah organiknya, biasanya mereka membuangnya ke tegalan yang mereka miliki," ungkapnya.
Sementara, sekitar 20 ton dari 50 ton sampah yang dibuang ke tempat pengolahan sampah dengan dipilah dan diolah dijadikan kompos untuk sampah organiknya. "Satu hari itu kurang lebih sekitar 20 ton sampah yang diolah, dari 50 ton yang dilayani di perkotaan," ujarnya.
Dewa Ary, mengharapkan peran semua stake holder, baik itu pemerintah, masyarakat, swasta, instansi vertikal, tokoh adat tokoh agama dan lain sebagainya, mulai peduli terhadap sampah.
Pihaknya akan me-launching lomba keren tanpa sampah (Kedas) yang di ikuti oleh masing masing desa. Dengan tujuan semua desa mulai peduli terhadap sampah yang ada di wilayahnya masing masing.
Sehingga nanti, kalau ini berjalan dengan baik diharapkan sampah ke TPA akan semakin berkurang karena hanya residunya saja yang terbuang ke sana. "Selebihnya, sampah organik dan sampah yang memiliki nilai ekonomi akan dikelola di wilayahnya masing masing," tukasnya.
Pengolahan sampah, sebenarnya sudah ada di sejumlah desa baik TPST maupun TPS3R. Namun hanya sebagian desa yang sudah berjalan, sehingga sampah yang dibuang ke TPA hanya residu setelah dipilah antara organik dan non organik.
(kws/kws)