Berwisata di Tukad Bantara Ayung, Bisa Edukasi Tanaman Langka

Berwisata di Tukad Bantara Ayung, Bisa Edukasi Tanaman Langka

I Wayan Sui Suadnyana - detikBali
Selasa, 07 Jun 2022 00:50 WIB
Obyek wisata Tukad Bantara Ayung di Desa Kesiman Petilan, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar.
Obyek wisata Tukad Bantara Ayung di Desa Kesiman Petilan, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. (Foto: I Wayan Sui Suadnyana/detikBali)
Denpasar -

Ada sebuah obyek wisata baru di Bali, tepatnya di pinggir Tukad (Sungai) Ayung, Desa Kesiman Petilan, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Obyek wisata ini bernama Tukad Bantara Ayung. Di sana, pengunjung bisa pelesiran sembari belajar tentang berbagai jenis tanaman langka.

Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Kesiman Petilan I Gede Yogi Pramana mengatakan, saat ini sudah terdapat sebanyak 80 jenis tanaman langka di Tukad Bantara Ayung dengan jumlah sekitar 150 pohon.

"Nah untuk sementara, untuk tanaman langka itu jenisnya udah ada sampai 80. Jumlah pohon yang kita tanam sudah sampai 150-an, selain pohon yang sudah hidup di bantaran itu sendiri," kata Yogi saat ditemui detikBali di Tukad Bantara Ayung, Senin (6/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yogi mengatakan, berbagai tanaman langka yang ditanam di Bantara Tukad Ayung didapat dari berbagai pihak. Ada yang membeli langsung, sumbangan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar hingga masyarakat.

"Kita ada yang beli, ada yang sumbangan-sumbangan, baik dari DLHK, dari desa adat dan masyarakat juga banyak yang nyumbang. Mereka punya misalnya pohon gaharu, mereka sumbangin di sini satu atau dua pohon," terang Yogi.

ADVERTISEMENT

Meski telah berhasil mengumpulkan berbagai jenis tanaman langka, Yogi mengungkapkan bahwa pihaknya masih terkendala dalam melakukan katalogisasi. Sebab, beberapa tanaman sudah dikenal dalam Bahasa Bali, tetapi belum diketahui namanya dalam Bahasa Indonesia.

"Cuma kalahnya kita itu di katalogisasi, misalnya pohon badung, kita susah sekali nyari bahasa Indonesia-nya apa sih. Kita mungkin (bahasa) Bali-nya mungkin tahu, tapi Indonesia-nya susah," jelasnya.

"Nah itu dia susahnya, apa ya bahasa Indonesia-nya, karena kalau nyari di Google itu kan harus (Bahasa Indonesia). Itu sama dah kayak pohon lempeni. Kalau bahasa Bali-nya lempeni, bahasa Indonesia-nya apa itu, susah sekali," tambah Yogi.

Sebenarnya, tutur Yogi, di Desa Kesiman Petilan terdapat tiga potensi pengembangan obyek wisata yaitu Pantai Padanggalak, dan dua sungai, yakni di Sungai Bindu dan Sungai Ayung. Sungai Bindu telah dilakukan penataan oleh Yayasan Tukad Bindu dan Pantai Padanggalak sudah mulai ditata oleh pihak desa adat. Karena itu, pihak Desa Kesiman Petilan melirik Sungai Ayung untuk ditata sebagai obyek wisata.

Namun permasalahannya, Sungai Ayung memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan Sungai Bindu. Sebab Tukad Ayung adalah sungai yang besar atau sebagai induk sehingga debit airnya itu tidak bisa diukur. Karena itu, pengembangan di Sungai Ayung dilakukan di sisi bantarannya.

"Jadi yang bisa kita manfaatkan memang adalah dari segi bantarannya, maka dari itu kita dari pihak desa mencobalah membuat suatu inovasi tentang penataan bantaran," ujar Yogi.

Penataan Bantaran Sungai

Penataan bantaran itu, kata Yogi, diawali dengan melakukan observasi. Setelah dilihat, ternyata di wilayah lingkungan Desa Kesiman Petilan, sepanjang bantaran Sungai Ayung ternyata banyak sampah, karena masyarakat itu membuangnya ke bantaran.

Dikarenakan menjadi tempat pembuangan oleh masyarakat, saat air sungai besar, sampah pasti akan masuk ke air sungai. Melihat kondisi itu, pihaknya di Desa Kesiman Petilan khususnya LPM, ingin sekali membersihkan sampah dan memfungsikan bantaran sungai itu sebagaimana mestinya.

Pihak Desa Kesiman Petilan akhirnya mulai tergerak untuk membuat suatu kajian pengembangan bantaran Sungai Ayung bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unud. Setelah kajian selesai, pihak Desa Kesiman Petilan kemudian melakukan pembersihan bantaran Sungai Ayung lewat program padat karya tunai desa (PKTD).

"Nah pada masa pandemi itu, dari pemerintah pusat itu mengharuskan dana PKTD agar masyarakat yang kehilangan pekerjaan pada saat itu visa bekerja di desa bisa diberikan biaya. Jadi itulah yang kita pakai kesempatannya PKTD itu kita ajak untuk membersihkan bantaran," tutur Yogi.

Setelah dapat dibersihkan, LPM Desa Kesiman Petilan kemudian melakukan pencegahan agar masyarakat tidak lagi membuang sampah ke bantaran Sungai Ayung. Upaya itu dilakukan dengan membuat jalur trekking sehingga ada pembatas antara tanah milik masyarakat dengan bantaran Sungai Ayung.

"Jadi kalau memang polanya pembuatan obyek wisata sih, tapi bukan obyek wisata secara murni membuat pariwisata yang bagus seperti itu bukan, jadi lebih pelestarian alam, pembersihan lingkungan. Hanya saja tujuan jangka panjang kita sih agar tempat ini bisa menjadi bermanfaat untuk satu obyek wisata, kedua tempat edukasi," harap Yogi.

Usai jalur selesai, pihaknya di LPM Desa Kesiman Petilan mulai memikirkan spot atau lokasi sebagai titik pusat (central point) untuk memulai trekking. Akhirnya dipilih satu lokasi yang memiliki akses jalan yang cukup besar untuk menuju Sungai Ayung.

"Sehingga kita rasa tempat inilah yang bisa kita jadikan central point daripada trekking itu agar dapat menambah suatu nilai tambah dari apa yang kita kerjakan itu. Nah sehingga itu dilakukan dengan swadaya masyarakat, jadi ada yang swadaya dan desa juga melakukan program penyenderan," ucapnya.

"Nah jadi ada senderan desa itu kita create dia seperti central point ini. Hanya saja masih juga bekerja sama dengan masyarakat semuanya kita ada swadaya ada dari desa dan lain sebagainya. Nah itu jadi sebenarnya sih kalau untuk membuat Bantara Ayung ini tidak murni semuanya dan dari pemerintahan desa," paparnya.

Tak berhenti sampai pembuatan jogging track, pihaknya kemudian menambah daya tarik tempat tersebut dengan wahana edukasi tumbuhan langka Bantara Ayung. Sebab Yogi menilai, bahwa di lokasi tersebut belum terdapat daya tarik apapun.

"Di sini karena endak ada daya tarik apa-apa kan, kalau lihat sungainya tidak ada bersih-bersih amat, airnya dan lain sebagainya itu kan bisa dilihat. Jadi untuk menambah daya tarik tempat ini ya kita buat wahana edukasi tumbuhan langka," kata dia.

"Jadi kita tanam di sini tumbuhan-tumbuhan langka yang sekarang sudah susah untuk dicari itu kita taman di sini. Sehingga itu menjadi suatu daya tarik tempat ini memiliki nilai plus lah bahwa pelestarian tumbuhan langka itu kita lestarikan di sini. Nah jadilah seperti ini," Tukad Yogi.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads