Hewan penyalur rabies (HPR) yang dimatikan, terutama anjing, menjadi pro dan kontra di masyarakat. Ada pihak yang menyayangkan dimatikannya HPR itu dan menekankan vaksinasi, tetapi ada juga mendukung sebagai upaya menekan penyebaran rabies.
Kondisi itu disadari oleh Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana yang menjadi hulu penanganan rabies. Karena itu, dalam penanganan terhadap HPR, terutama anjing dimatikan itu selektif. "Setiap eliminasi (HPR yang dimatikan) selektif kami melibatkan aparat desa, dan masyarakat," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan I Wayan Sutama, Senin (23/5/2022).
Dijelaskan, kasus rabies di Jembrana dari bulan Januari sampai saat ini sebanyak 107 kasus, dari ribuan kasus gigitan dan ratusan orang menjadi korban gigitan. Sehingga untuk mencegah penyebaran dengan melakukan vaksinasi dan dimatikan selektif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
HPR yang dimatikan tujuannya untuk mengambil sampel otak anjing yang menggigit warga dan anjing lain yang kontak dengan anjing rabies. "Eliminasi selektif kita lakukan pada anjing yang menggigit, kemudian atas persetujuan dari pemilik. Sampel anjing kita kirim ke laboratorium," terangnya.
Kadistan menegaskan tidak sembarangan anjing-anjing tersebut dimatikan. Setiap melakukan kegiatan, pihaknya selalu berkoordinasi dengan stakeholder terkait, mulai dari perangkat desa, warga yang memiliki anjing dan mengajak pecinta hewan untuk terlibat.
"Kita tidak sembarangan. Yang penting semua pihak stakeholder sepakat atas koordinasi aparat desa kita lakukan," tegasnya.
Anjing dimatikan dengan tulup jika dia liar atau langsung diberi obat. Namun dengan catatan, anjing yang dimatikan sudah menggigit dan atas permintaan pemilik, serta koordinasi aparat desa setempat.
Kendala yang dihadapi selama ini, anjing liar dan anjing yang dipelihara yang diliarkan. Sehingga ketika melakukan vaksinasi, jarang ada anjing di rumah pemiliknya. Justru berbaur dengan anjing lain yang liar.
Karena kasus rabies yang semakin tinggi, pihaknya terus bergerak untuk memonitoring anjing yang ada di Jembrana. Warga diminta melapor jika ada kasus gigitan, dinas pertanian yang menangani di hulu akan melalukan tindakan dan dinas kesehatan menangani korbannya, agar jangan sampai ada korban suspek rabies.
Data dari dari dinas pertanian dan pangan, dari bulan Januari hingga Mei ini ada sebanyak 130 anjing yang dimatikan. Dari jumlah tersebut sebanyak 107 sudah terkonfirmasi positif rabies berdasarkan hasil laboratorium.
Selanjutnya, selain dimatikan, pihaknya lakukan vaksinasi di sekitar zona merah dan lokasi sekitar terjadi gigitan. Hanya saja saat ini kendalanya vaksin rabies yang terbatas. Sehingga vaksinasi saat ini diprioritaskan pada daerah yang terjadi kasus positif rabies.
(kws/kws)